BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kegiatan study wiyata ini
diselenggarakan oleh UPT SMKN 1 Pasuruan yang di ikuti oleh siswa-siswi UPT
SMKN 1 Pasuruan kelas X (semua kompetensi keahlian) pada semester genap.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam menunjang pembelajaran langsung diluar
sekolah, sehingga siswa-siswi dapat lebih mengerti dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan.
B. Tujuan
Kegiatan study wiyata ini
diselenggarakan yang bertujuan untuk:
1.
Untuk menunjang
pembelajaran langsung diluar sekolah
2.
Untuk menambah wawasan
ilmu pengetahuan
3.
Untuk memenuhi tugas
sekolah
C. Ruang
Lingkup
Dalam
pelaksanaan study wiyata ini, tempat atau lokasi yang dituju adalah :
1.
Museum negeri Mpu
Tantular
2.
Planetarium AAL
(KODIKAL)
3.
Suramadu
4.
Sunan Ampel
5.
Sun
City Sidoarjo
BAB II
ISI LAPORAN
A.
Museum
Negeri Mpu Tantular
Arti nama museum Mpu
Tantular adalah "Mpu" berarti ibu, yaitu titik pusat segala gerak dan
pandangan hidup, "Tantular" berarti tak tertulari, tak terpengaruh,
tak menyimpang, tak berubah, jadi tetap mengkhusukkan diri, untuk mencapai
kehidupan abadi. Dengan Pemberian nama tersebut
diharapkan museum dapat mewarisi hakekat dan kemurniannya.
Museum Negeri Mpu Tantular Propinsi Jawa
Timur merupakan kelanjutan dari Stedelijh Historisch Museum Surabaya, yang
didirikan oleh Godfried Hariowald Von Faber tahun 1933. Awalnya lembaga ini
hanya memamerkan koleksinya, dalam suatu ruang kecil di Readhuis Ketabang. Atas
kemurahan hati seorang janda bernama Han Tjong King, museum dipindahkan ke
Jalan Tegal Sari yang memiliki bangunan lebih luas. Seiring perjalanan waktu,
masyarakat pemerhati museum berinisiatif untuk memindahkan museum ke lokasi
yang lebih memadai, bertempat di Jalan Pemuda No.3 Surabaya . Diresmikan pada tanggal 25 Juni
1937.
Sepeninggal Von Faber, museum dikelola oleh
Yayasan Pendidikan Umum didukung Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Museum
dibuka untuk umum pada tanggal 23 Mei 1972 dengan nama Museum Jawa Timur. 13
Februari 1974 museum berubah status menjadi museum negeri, yang diresmikan pada
tanggal 1 November 1974 dengan nama Museum Negeri Propinsi Jawa Timur. Dengan
bertambahnya koleksi, museum membutuhkan area yang lebih luas, hingga akhirnya
pada tanggal 12 Agustus 1977, secara resmi museum menempati lokasi baru,
di Jalan Taman Mayangkara No.6 Surabaya .
Semakin bertambahnya usia, koleksi museum
semakin bertambah, demikian juga banyaknya kegiatan edukatif kultural yang di
laksanakan di museum. Sehingga membutuhkan lokasi yang lebih luas, akhirnya
tanggal 14 Mei 2004 museum kembali diresmikan menempati lahan baru di Sidoarjo,
di Jalan Raya Buduran, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
B.
Planetarium AAL (Kodikal)
Planetarium adalah gedung teater untuk
memperagakan simulasi susunan bintang dan benda-benda langit. Atap gedung biasanya
berbentuk kubah
setengah lingkaran. Di planetarium, penonton bisa belajar mengenai pergerakan
benda-benda langit di malam hari dari berbagai tempat di bumi dan sejarah alam
semesta. Planetarium berbeda dari observatorium.
Kubah planetarium tidak bisa dibuka untuk meneropong bintang. Proyektor
planetarium Carl Zeiss di Planetarium Stuttgart.
Di dalam ruang pertunjukan terdapat sumber
gambar berupa proyektor planetarium
yang umumnya diletakkan di tengah ruangan.[1] Proyektor
dapat memperagakan pergerakan benda-benda langit sesuai dengan waktu dan
lokasi. Pertunjukan berlangsung dengan narasi yang
diiringi musik. Kursi memiliki sandaran bisa direbahkan agar penonton bisa
melihat ke layar
di bagian dalam langit-langit kubah. Layar berbentuk setengah bola, dan
biasanya disusun dari panel aluminum. Materi pertunjukan bisa berbeda-beda bergantung
kepada judul pertunjukan dan jadwal.
Planetarium mulanya adalah alat peraga mekanik untuk
memperlihatkan pergerakan benda-benda langit seperti bintang, planet, Bulan,
dan matahari. Hingga abad ke-19, planetarium berarti alat peraga mekanik yang
disebut orrery. Proyektor planetarium
yang pertama dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther Bauersfeld dari
Carl Zeiss.[2]
Pada bulan Agustus 1923, proyektor pertama yang diberi nama Model I dipasang di
pabrik Carl Zeiss di Jena.
Bauersfeld untuk pertama kali mengadakan pertunjukan di depan publik dengan
proyektor tersebut di Deutsches Museum, München, 21 Oktober
1923. Deutsches
Museum menjadi planetarium pertama di dunia setelah proyektor dipasang secara
permanen pada bulan Mei 1925. Di awal Perang
Dunia II, proyektor dibongkar dan disembunyikan. Setelah Deutsches Museum
yang hancur akibat Perang Dunia II dibangun kembali,
proyektor Model I kembali dipasang pada 7 Mei 1951
Terletak di Moro Rembangan di Akademi
Angkatan Laut Indonesia
ke arah selatan dari Surabaya. Ini adalah Museum peralatan pertempuran Angkatan
Laut Indonesia. Juga satu koleksi planetarium dan astronavigadium. Buka setiap
hari dari 08.00–14.00 WIB. Asal usul dari Museum Loka Jala Crana adalah
berdasar pada 19 September 1969 dengan nama museum AKABRI LAUT, baru pada 10
Juli 1973 statusnya adalah ditingkatkan menjadi musium TNI-AL. Pada 6 Oktober
1979 nama berubah untuk menjadi MuseumTNI-AL Loka Jala
Srana. Museum TNI-AL Loka Jala Crana berada di Morokrembangan Surabaya di pusat
Akademi TNI-AL (AAL) (Indonesia Maritime Marine Military Academy) yang mendidik
calon perwira TNI-AL tingkat Academy dan Commando, TNI-AL Education (KODIKAL)
yang mendidik kandidat [dari] Tamtama, Bintara, calon perwira dari Bintara
(CAPA) dan alumni perguruan tinggi serta pendidikan lanjutan heroik. Itu
kompleks adalah dikenali sebagai "Bumi Moro" Surabaya. Museum ini
mendemonstrasikan dan menyelamatkan objek bersejarah yang dimiliki serta
diterapkan oleh TNI-AL selama revolusi fisik hingga sekarang dalam bentuk jenis
meriam kapal perang, pesawat, helikopter, artileri medan, KRI Dewa Ruci monumen
dan pertahanan udara air serta benda bersejarah lain seperti meriam kapal
"HRMS DE ZEVEN PROVINSIEN". KRI DEWARUCI adalah jenis
kapal layer tiang tinggi, milik TNI AL sering melakukan angkutan laut dari
kehendak baik untuk beberapa bulan dan perhentian di/dalam kota pelabuhan di
Asia, Afrika dan Eropa. KRI DEWA RUCI komandan satu ditugaskan petugas dari
Letnan kolonel dari kesatuan pelaut. Kru (ABK) adalah berjumlah 75. Melakukan
aktivitas rutin seperti praktik dari Kartika Jala Krida (KJK) untuk Kadet Akademi
Angkatan Laut (AAL) (Kadet dari Academy Maritime Military) tingkat III. Disana
tersedia bangunan planetarium untuk melihat tata surya (astronomi), Bima Sakti.
Planetarium
adalah sebagai mendukung fasilitas untuk belajar kadet (taruna) telah mensupply
pengetahuan ketika mereka melakukan suatu perjalanan di laut. Situasi dari
bintang bisa menentukan posisi mereka untuk tinggal meliputi pergantian dari
waktu. Bagaimana gerakan bintang pola calon arah dan waktu.
C. Suramadu
Jawa timur kini tengah melaksanakan
pekerjaan besar, pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Jembatan
modern yang nantinya bisa menjadi ikon serta landmark yang membanggakan.
Jembatan Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan Surabaya di Jawa dan kota Bangkalan di Madura.
Keberadaan jembatan ini akan memperlancar lalu lintas barang dan jasa. Jembatan
sepanjang 5,4 kilometer itu akan menjadi pembangkit perubahan bagi Madura.
Bagaimana gagasan pembanganan Jembatan Suramadu bermula, kita perlu menengok
sejarahnya.
Di tahun 1960-an, Prof. Dr. Sedyatmo (alm)
mengusulkan sebuah ide mengenai hubungan langsung antara pulau Sumatera dan
Jawa. Sebuah ide dan teroboson 'berani' di zaman itu. Ide itu ternyata mendapat
respon. Sebagai tindak lanjut, tahun 1965 dibuatlah uji coba desain (jembatan
Sumatera-Jawa (Jembatan Selat Sunda) yang dibuat di Institut Teknologi Bandung (ITB). Gagasan
dan konsep-konsep pengembangan jembatan antar pulau selanjutnya disampaikanlah
kepada Presiden RI Soeharto awal Juni 1986. Bulan Februari 1986, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bertemu dengan delegasi dari
perusahaan perdagangan Jepang. Kemungkinan kerjasama proyek-proyek di Indonesia
pun dibahas. Gayung pun bersambut. Para
delegasi Jepang tersebut menyatakan memberi angin positif untuk kerjasama dalam
proyek hubungan langsung Jawa-Sumatera-Bali.
Pemerintah Indonesia juga semakin bersemangat
melakukan persiapan. Atas dasar konsep-konsep dari Prof. Sedyatmo, Juni 1986, Presiden
Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Penerapan
dan Pengkajian Teknologi (BPPT) BJ Habibie. Kajian awal kemungkinan hubungan
langsung antarpulau Sumatera-Jawa-Bali pun dilakukan. Proyek ini diberi nama
Tri Nusa Bima Sakti. BPPT diberi tugas melakukan studi terkait dengan kondisi
alam, sedangkan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) melakukan studi tentang
sosio-ekonomi dan implementasi. Di waktu yang sama, delegasi Jepang yang
dipimpin Dr. Ibukiyama datang ke Indonesia untuk melakukan kajian
awal. (JIF), sebuah forum kerjasama yang dibentuk perusahaan swasta Jepang dan
BPPT mengusulkan untuk menyelanggarakan seminar di Jakarta sebagai usaha mempromosikan proyek
Trinusa Bima Sakti. Seminar dengan judul "Japan-Indonesia Seminar on Large Scale Bridges and Under Sea Tunnel" dilaksanakan di Jakarta , 21-24
Japan-IndonesiaScience and Technoloy Forum September 1986. Seminar tersebut
kemudian dilanjutkan dengan serangkaian studi pendahuluan hingga tahun 1989.
Karena studi tersebut mencakup hubungan tiga pulau atau lebih, nama proyek
disempurnakan menjadi "Proyek Tr i Nusa Bima Sakti dan Penyeberangan
Utama". Dari kajian-kajian yang dilakukan, yang dianggap layak untuk
segera di implementasikan adalah hubungan langsung Jawa-Madura/ Bali .
Waktu terus bergulir. Departemen Pekerjaan
Umum (DPU) dan BPPT, Desember 1986, secara terpisah menyampaikan proposal
terkait proyek Tri Nusa Bima Sakti kepada Bappenas dan Sekretariat Kabinet
(Setkab). Di saat yang sama, hasil kajian yang dipimpin oleh Dr. Ibukiyama juga
dikirimkan ke Bappenas dan Setkab. Tujuh bulan kemudian, dalam rapat tahunan
JIF yang membahas kerjasama teknik, perwakilan dari Jepang menyetujui
mengirimkan dua tenaga ahli, yaitu ahli Geologi dan ahli Vulkanologi. Mereka
bertugas membantu BPPT melakukan kajian tentang kondisi alam. Sementara untuk
studi sosio-ekonomi dan implementasi, DPU dibantu seorang ahli bidang
Perencanaan Transportasi dan Rekayasa Jembatan/ Terowongan. Dalam perjalanan
waktu, muncul kendala dalam pengadaan tanaga ahli Geologi untuk jangka panjang.
Delegasi Jepang (Kementerian Trasportasi) mengusulkan pemikiran di mana survei
geologi dilaksanakan setelah didapat hasil kajian tentang prospek perencanaan
transportasi dan perencanaan konstruksi jembatan/ terowongan.
Tindak lanjutnya, Juli 1988, Mr. Furuya
Nobuaki, ahli transportasi dan rekayasa jembatan/ terowongan dari Badan Otorita
Jembatan Honshu-Shikoku mulai berkantor di
DPU. Kemudian bulan Oktober 1988, Mr. Kobayashi, ahli dari Perusahaan Umum
Pembangunan Jaringan Kereta Api Jepang menginjakkan kaki di BPPT. Selanjutnya,
Desember 1988, dilakukan kesepakatan antara DPU dan BPPT tentang kajian bagi
proyek tersebut. DPU bertanggung jawab melaksanakan studi sosio-ekonomi,
termasuk di dalamnya estimasi kebutuhan lalulintas, sambil melakukan kemitraan
dengan instansi lain. Sedangkan BPPT bertugas melaksanakan studi pengembangan
teknik dan kondisi alam. Dari kesepakatan itu, sebuah komite akan dibentuk agar
pelaksanaan studistudi tersebut berjalan efektif. Langkah kemudian pun semakin
konkret dengan dilaksanakannya Preliminary study on Pra Studi Kelayakan
Jembatan Suramadu Surabaya-Madura Bridging Project oleh JIF dan BPPT atas biaya
dari pihak Jepang, Maret-Oktober 1990. Hasilnya diperoleh rekomendasi penting,
bahwa dengan kondisi Surabaya sebagai pelabuhan terbesar kedua setelah Jakarta,
serta industri ekspor sistem padat karya, maka pengembangan pulau Madura
menjadi kunci pokok dalam perluasan kota metropolitan Surabaya. Melihat potensi
pengembangan yang tinggi, maka pembangunan Jembatan Suramadu menjadi penting.
Rekomendasi ini kemudian menjadi titik penguat untuk melakukan studi teknis dan
studi pendukung lainnya. Studi ini berlangsung tahun 1990 hingga 1995. BPPT pun
menyiapkan biaya dari anggaran Daftar Isian Proyek (DIP).
Akhirnya, 14 Desember 1990 Proyek
Pembangunan Jembatan Surabaya-Madura dan Pengembangan Kawasan dikukuhkan
sebagai proyek nasional melalui penerbitan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun
1990 tentang Proyek Pembangunan Jembatan Surabaya-Madura yang sekaligus
memutuskan untuk membentuk tim.
Sejarah ini adalah sekelumit dari catatan
perjalanan pembangunan Jembatan Suramadu yang telah kami dapatkan.(pada tahun
2005) Saat ini sedang dipersiapkan penyusunan sejarah lengkap pembangunan
Jembatan Suramadu yang akan melibatkan semua unsur yang pernah terlibat, yang
diharapkan rampung sebelum Jembatan ini selesai akhir 2008. Sumbang saran dan
data-data sangat kami harapkan demi lengkapnya penulisan sejarah ini..
D. Sunan Ampel Surabaya
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti
Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin
bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil
Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid
Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad
Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin
Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin
Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya.
Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan
merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah
dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban
bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti
Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,
Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin
(Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden
Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid
Ampel, Surabaya.
Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang
ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan, majelis dakwah yang secara umum
dinamakan Walisongo, sebenarnya terdiri dari beberapa angkatan. Para Walisongo
tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai
keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam
hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka
posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:
Ø Angkatan ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri dari Maulana Malik
Ibrahim (wafat 1419), Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana
Muhammad Al-Maghrabi, Maulana Malik Isra'il (wafat 1435), Maulana Muhammad Ali
Akbar (wafat 1435), Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir
atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.
Ø Angkatan ke-2 (1435 - 1463 M), terdiri dari Sunan Ampel
yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq (wafat 1463),
Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus yang
tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il, Sunan Gunung Jati yang tahun
1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin (wafat 1462),
Maulana 'Aliyuddin (wafat 1462), dan Syekh Subakir (wafat 1463).
Ø Angkatan ke-3 (1463 - 1466 M), terdiri dari Sunan Ampel,
Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil
Kubro (wafat 1465), Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465), Sunan Kudus,
Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana
Hasanuddin, Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan
Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.
Ø Angkatan ke-4 (1466 - 1513 M, terdiri dari Sunan Ampel
(wafat 1481), Sunan Giri (wafat 1505), Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil
Kubra, Fathullah Khan (Falatehan) yang pada tahun 1465 mengganti Maulana
Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan
Derajat, dan Sunan Kalijaga (wafat 1513).
Ø Angkatan ke-5 (1513 - 1533 M), terdiri dari Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517),
Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan
Giri, Raden Fattah (wafat 1518), Fathullah Khan (Falatehan), Sunan Kudus (wafat
1550), Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang (wafat 1525), Sunan Derajat (wafat
1533), dan Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.
Ø Angkatan ke-6 (1533 - 1546 M), terdiri dari Syekh Abdul
Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar,
Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden
Faqih Sunan Ampel II, Sultan Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah,
Fathullah Khan (wafat 1573), Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan
ayahnya Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati (wafat 1569), Raden Husamuddin Sunan
Lamongan yang tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang, Sunan Pakuan yang
tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan Sunan Muria (wafat 1551).
Ø Angkatan ke-7 (1546- 1591 M), terdiri dari Syaikh Abdul
Qahhar (wafat 1599), Sunan Prapen yang tahun 1570 menggantikan Raden Zainal
Abidin Sunan Demak, Sunan Prawoto yang tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung
Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan, Sayyid Amir
Hasan, Maulana Hasanuddin yang pada tahun
1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati, Sunan Mojoagung yang tahun 1570
menggantikan Sunan Lamongan, Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan
kakeknya Sunan Pakuan, dan Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir
Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.
Ø Angkatan ke-8 (1592- 1650 M), terdiri dari Syaikh Abdul
Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599), Baba Daud
Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan
Prawoto, Maulana Yusuf, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin, Syekh Syamsuddin
Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung, Syekh Abdul
Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan
Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).
E.
Sun City Sidoarjo
Di Sidoarjo, Jawa Timur, Giant Hypermarket
kini hadir. Gerai kesepuluh itu berdiri tegak di kawasan Pondok Chandra,
Sidoarjo, Jawa Timur, dan diresmikan 3 Desember silam. Dengan moto "Banyak
pilihan, harga lebih murah," manajemen Giant kepingin menjamah semua
lapisan masyarakat dan menghadirkan kebutuhan konsumen secara lengkap, nyaman,
dan dengan harga terjangkau. Acara grand opening Giant Sidoarjo dihadiri
jajaran direksi Giant dan pejabat setempat serta diisi beragam hiburan serta
ratusan hadiah langsung. Menurut Technical Advisor Giant Hypermarket
Latip Isnan, sejak toko dibuka 1,5 bulan silam, respons masyarakat Pondok
Chandra sangat baik. "Kami lihat dari segi pasar Surabaya cukup besar, jadi potensi Giant
untuk berkembang di sini sangat baik," kata Latip. Wati Rachmawati, salah
satu pelanggan, mengatakan senang berbelanja di Giant karena menawarkan barang
yang sepadan dengan harga.
Giant hadir dengan nuansa tradisional.
Kendati demikian, Giant tidak mematikan usaha kecil di sekitarnya. Hal ini
diwujudkan dengan bekerja sama dengan beberapa pelaku usaha kecil dan menengah,
seperti para pedagang makanan kaki lima .
Purwanti, salah satu pedagang bakso yang sudah satu tahun kerja sama dengan
Giant mengaku bekerja sama dengan hypermarket yang didirikan Hero sangat enak.
Sebab, sama-sama untung dan omzetnya lumayan.
Tak hanya memanjakan konsumen dengan harga
terjangkau dan kualitas barang yang bergaransi, Desember ini Giant melakukan
berbagai program istimewa. Misalnya, Electronic Fair yaitu belanja peralatan
elektronik secara kredit lebih murah dari membayar tunai. Sedangkan Mastercard
Promo yaitu program dengan berbelanja sebesar Rp 100 ribu, konsumen
berkesempatan memenangkan hadiah belanja gratis setiap pekan. Hadiah ini
diberikan untuk tiga pemenang. Untuk menyambut Natal dan Tahun Baru 2005, Giant
juga menyiapkan berbagai perlengkapan Natal mulai dari kartu, perhiasan Natal,
parsel, serta tak ketinggalan voucher untuk orang yang disayangi.
Beragam penawaran spesial yang dilakukan Giant di pengujung tahun ini untuk
memenuhi keinginan seluruh konsumen hypermarket tradisional namun pelayanan
bertaraf internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan study wiyata yang telah dilaksanakan dapat di ambil suatu
kesimpulan, antara lain:
1.
Pengajaran langsung pada objek
yang ada dilapangan dan didukung dengan bukti nyata yang mencakup materi
pelajaran yang telah di ajarkan di sekolah.
2.
Kegiatan pembelajaran yang
dapat menimbulkan rasa bangga dan menghargai kebudayaan serta peninggalan yang
mengandung nilai sejarah.
3.
Mewujudkan rasa syukur terhadap
alam dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Kegiatan belajar yang dapat
mendorong siswa-siswi untuk saling bekerja sama dalam satu kelompok yang
membutuhkan kekompakkan.
B. Saran
Ø Bagi Pihak sekolah:
Sebaiknya perlu diperhatikan lagi jadwal yang sudah dibuat. Apabila
tidak ada hambatan, tidak perlu mengubah jadwal dimajukan ataupun dimundurkan.
Ø Bagi siswa:
Sebaiknya lebih tepat waktu dalam jadwal agar tidak ada
keterlambatan.
DAFTAR PUSTAKA
3. Suparni.1996.Bahasa Dan Sastra Indonesia.Bandung.Aditya
LEMBAR
DOKUMENTASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar