Minggu, 27 Mei 2018

Review Bangkit dari teror tanggal 23 mei 2018


Bangkit dari teror
Mata najwa tanggal 23 mei 2018
Sesi pertama: alasan ipda denny peluk terdakwa teroris aman abdurrahman.
            "Saya melihat Aman Abdurrahman itu orang baik. Saya mencoba memberanikan diri memeluknya. Mudah-mudahan dia mau," ungkap Ipda Pol. Denny Mahieu, salah seorang petugas polisi penyintas bom Thamrin 14 Januari 2016. Aman Abdurrahman yang yang disebut Denny adalah pentolan kelompok teror JAD yang belakangan dituding sebagai aktor di belakang peristiwa bom Thamrin yang juga diwarnai aksi baku tembak. Denny bercerita, kalau dia akhirnya memberanikan diri memeluk Aman dalam persidangan dan berbisik kepadanya. "Saya manusia juga," ujar Denny. Denny tak takut berhadapan dengan Aman yang diduga sebagai otak pelaku teror, karena meyakini hal sederhana. "Aman dulunya dilahirkan sebagai orang baik," serunya. Denny berupaya bangkit dari teror dan mencoba berdamai dengan para pelakunya. Perjuangan untuk bangkit dari teror juga dialami oleh Dwi Siti Rhomdoni, korban lain dari peristiwa bom Thamrin. Dwiki, panggilan akrab Dwi, mengaku sempat kesulitan kembali ke kehidupan normal. "Saya sering berhalusinasi berdialog dengan orang meninggal. Bertemu dengan seorang pelakunya," kata Dwi. Tulang belakangnya cedera dan mesti mendapat perawatan serius di rumah sakit. Sakit fisiknya tak sebanding dengan usahanya untuk bangkit dari trauma dua tahun lalu. Dia bolak-balik ke psikolog agar dunianya kembali sempurna sedia kala seperti kejahatan teror tak pernah terjadi. Kini keduanya mesti berdamai dengan memori panjang teror bom dan mencoba bangkit.
Sesi kedua : kesaksian istri bayu korban teror bom di surabaya
            Rabu, 23 Mei 2018 akhirnya jenazah Aloysius Bayu Rendra Wardhana bisa dimakamkan. Bayu adalah salah satu korban bom bunuh diri di Surabaya yang terjadi Minggu, 13 Mei 2018. Bayu lah yang menghalau pelaku bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela.Proses identifikasi membutuhkan waktu hingga 10 hari. Menurut istri Bayu, Monique Dewi Andini, proses identifikasi yang panjang lantaran suaminya berada sangat dekat dengan bom bunuh diri. “Butuh identifikasi DNA,” katanya. Lebih lanjut, Monique menceritakan tentang sosok Bayu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Monique, suaminya merupakan sosok yang tegas. Berani untuk mendebat dan menyampaikan tentang kebenaran. “Berdebat dianggap benar bisa tersampaikan kepada orang lain,” katanya. Monique mengaku sampai saat ini sudah bisa mengikhlaskan kepergian Bayu. “Tak ada rasa dendam dan marah. Kami sedih melihat hal ini,” katanya. Dia berharap ke depan tak ada lagi peristiwa seperti ini. “Cukup terakhir ini yang terakhir,” tutup Monique
Sesi ketiga : sesal mantan teroris
            Sejumlah mantan narapidana teroris mengaku menyesali perbuatannya. Melakukan pelatihan militer, dan melakukan aksi penyerangan. Sofyan Tsauri yang pernah terlibat dalam aksi pelatihan di Aceh mengaku menyesali pernah terlibat dalam aksi terorisme.“Tapi waktu itu, kita tujuan untuk mati sahid. Tak pernah berpikir adanya korban. Mereka akan mati juga,” katanya. Menurut Sofyan, hal tersebut merupakan perjuangan. “Tak ada perjuangan tanpa pengorbanan,” katanya.Beda lagi dengan Yudi Zulfachri, mantan pengikut Aman Abdurrahman, pimpinan Jamaah Anshorut Daulah yang berafiliasi dengan ISIS. Menurut Yudi yang lulusan STPDN, penyesalan itu berasal dari keluarganya. "Lantaran tindakan yang pernah saya lakukan, menjadi penghubung jaringan teroris di Jawa dan Aceh, keluarga menanggung efeknya.” Sementara Ibrahim Hasbi, mantan pemasok senjata teroris juga mengaku sulit untuk mendapatkan penerimaan dari masyarakat. Ketika kembali ke rumah ia sulit mendapat penerimaan. “Ada yang berbisik sebagai juragan senjata,” katanya
Sesi ke empat :umar patek meminta maaf kepada korban teror bom
            Narapidana terorisme Bom Bali I, Umar Patek tak henti-hentinya mengucapkan penyesalannya kepada korban dan keluarga korban. Dalam peristiwa ini sedikitnya 202 orang tewas. Hal ini ia sampaikan saat berbincang langsung di Mata Najwa dari Lapas di Porong, Sidoarjo.Tentang kasus Bom Bali I, ia beralasan, “Dari awal saya tidak mau. Tidak bersedia bom bali I. Tapi saya tetap diajak oleh teman saya Dulmatin. Tapi saat saya datang 95% pekerjaan sudah selesai.” Menurut narapidana terorisme yang sedang menjalani vonis 20 tahun ini, sekarang jaringan teroris menerapkan pemahaman Takfiri. Artinya, pemahaman ini mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengan kelompoknya. “Mereka memurtadkan yang tidak sepaham yang tidak mau ikut dengan ajarannya,” katanya.Saat ditanya @NajwaShihab apakah Umar Patek pandai merekrut? “Saya tidak pandai untuk merekrut,” jawab Umar Patek.Hal yang membuat Umar Patek bertaubat adalah keluarga. Menurutnya, keluarga merupakan faktor yang mendukung  dirinya di saat dalam keputusasaan dan terkucilkan. “Keluarga yang mengubah jalan hidup saya,” katanya. Lebih lanjut Umar mengatakan, “Mereka semua merangkul kepada saya. Mereka tidak ada yang membenci. Mereka merangkul. Mereka tetap menganggap sebagai saudara.”  Dari balik penjara, Umar Patek juga mengaku banyak belajar untuk terbuka. Ketika saya dipindahkan ke Lapas Porong, saya merasakan berinteraksi dengan petugas. Mereka sudah seperti saudara. Begitu akrabnya. Mereka melayani dengan baik. Mereka melakukan pendekatan dengan hati,” kata Umar Patek.
Sesi ke lima : cara teroris rekut pengikut
            Lembaga-lembaga pemerintahan tak menjadi jaminan seseorang untuk direkrut jadi teroris. Hal ini terbukti dari pengalaman lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Yudi Zulfachri. Yudi Zulfachri pernah meninggalkan status PNS-nya dan bergabung dengan jaringan teroris. Ajaran terorisme pertama kali ia dapatkan justru dari sekolahnya. “Awalnya ingin ikut pengajian biasa. Awalnya di kampus itu belum ekstrem, agak-agak mirip dengan ISIS ini,” katanya. Lebih lanjut, saat di SPTDN pengajian-pengajian sangat terbuka. Bahkan pengajarnya berasal dari luar. “Pengajian itu orang dari luar. Ajarannya intoleran,” kata Yudi. Untuk menjadi sangat keras dalam pemahaman radikal, Yudi mengaku butuh waktu lama. Hal senada diungkapkan Sofyan Tsauri, mantan teroris Aceh. Untuk memiliki paham radikal dia butuh waktu hingga 5 tahun. Sofyan sebelumnya sudah 12 tahun menjadi polisi akhirnya berujung menjadi teroris, dan kini kembali menjauh dari terorisme. “Saya tinggal di asrama dari kecil. Saat itu mungkin terlalu baper terhadap penderitaan kaum muslimin,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, saat itu ia mencari jawaban. Akhirnya masuk ke dalam sebuah pengajian. “Masuk pengajian, salah kamar. Saya masuk ke dalam. Jadi semua itu dari aktivitas bacaan dulu,” katanya.
Sesi ke enam : apakabar deradikalisasi ?
            Dalam sebuah catatan harian seorang teroris terdapat sebuah imajinasi. Ketika ia memiliki anak, maka akan ikut dalam pemikirannya untuk menjadi “singa” pemberani. Fenomena keterlibatan keluarga dalam aksi bom bunuh diri menjadi perhatian masyarakat luas. Hal ini menyusul tragedi bom sejumlah keluarga di Jawa Timur. Doktrin terorisme juga bisa masuk ke dalam penjara-penjara. Hal ini berdasarkan pengakuan seorang mantan terorisme yang tak mau disebutkan namanya. “Pertemuan di dalam penjara itu sangat intensif,” katanya. Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, saat ini terdapat 289 narapidana teroris. Dia mencatat, sipir penjara pun bisa direkrut menjadi teroris. “Jadi ini yang kita lakukan dalam program deradikalisasi supaya tepat sasaran, ada 325 narapidana teroris yang ikut program ini, dan belum melakukan aksi terorisme,” kata Suhardi. Menurut mantan narapidana teroris, Yudi Zulfachri, orang di dalam penjara mudah terpapar paham teroris karena persoalan pribadi. Keberadaan narapidana teroris di dalam penjara menarik perhatian narapidana kasus kriminal lain. “Napi teroris di lapas itu sebagai pembeda. Itu ada daya tarik sendiri,” kata Yudi. Sementara itu, mantan narapidana teroris lainnya, Sofyan Tsauri menyatakan perekrutan teroris di dalam penjara itu dipengaruhi faktor membutuhkan perlindungan. Narapidana lainnya, biasa punya persoalan pribadi dan rapuh karena tak memiliki perlindungan secara mental. “Itu ada pembenaran-pembenaran. Ada narapidana pembunuh. Kemudian mendengarkan pembenaran, yang dibunuh orang kafir. Tidak apa-apa. Jadi makin kuat dengan justifikasi,” kata Sofyan. Kepala BNPT, Suhardi Alius menilai tahanan kasus kriminal mudah terpengaruh paham teroris di dalam penjara karena lemah iman. “Ilmu agamanya tidak dalam, sehingga mudah dipengaruhi,” katanya.
Sesi ke tujuh : lindungi anak teroris
            Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, saat ini kesulitan yang dihadapi mantan narapidana teroris adalah penerimaan masyarakat. Masyarakat yang belum menerima keberadaan mantan narapidana teroris cenderung membuat psikologis mereka menjadi merasa terkucil, sehingga rentan untuk kembali menjadi teroris. Penghilangan rasa permusuhan dan kebencian juga menjadi PR besar bagi mantan teroris. Sebab, doktrin awal terorisme adalah menumbuhkan rasa kebencian dan permusuhan terhadap perbedaan-perbedaan. “Di sini kuncinya adalah keluarga,” kata Yudi Zulfachri, mantan narapidana teroris. Saat ini Yudi Zulfachri bersama koleganya sesama mantan narapidana teroris, Sofyan Tsauri berinisiasi untuk membentuk formasi untuk menangkal paham teroris. “Teroris itu tidak ujug-ujug melakukan teror. Kita harus menyentuh ideologi. Saya merasa ini perlu dievaluasi, para mantan yang tersadar,” katanya. Khusus mengenai anak-anak teroris, Suhardi Alius Kepala BNPT mengatakan," Jangan dimarjinalkan, mereka anak-anak tidak berdosa.""Mantan napi teroris dan keluarganya kita lakukan program deradikalisasi. Karena keluarga juga terdampak langsung," tambah Suhardi Alius.

Menutup Mata Najwa Bangkit Dari Teror, inilah Catatan Najwa: Sekali teror sudah dilakukan, pelaku bisa makin keranjingan. Melakukan teror dengan kepatuhan, tak banyak cingcong apalagi keraguan. Jelas tak mudah melakukan deradikalisasi, fanatisme teroris sudah buta sama sekali. Mereka tak peduli bahaya rantai kekerasan, siklus kebencian dan dendam yang tak berkesudahan.Yang penting hanya unjuk kekuatan, tak peduli dengan kemanusiaan.Namun terorisme tak boleh menang, mari sama-sama tabuh genderang.Aktif terlibat melumerkan polarisasi, membendung banjir prasangka yang kini terjadi.Kita adalah warga, kita bukanlah bara, kita tak mau terpanggang tinggal rangka.


Kamis, 24 Mei 2018

Republik Digital tanggal 20 mei 2018


REPUBLIK DIGITAL
MATA NAJWA TANGGAL 20 MEI 2018
Dalam acara mata najwa yang berlokasi di solo dan mengambil tema Republik Digital karena setiap tahun ataupun setiap bulan banyak sekali berubahan atau munculnya produk – produk digital yang di minati banyak kalangan terutama anak – anak yaitu game.
Setiap akan atau bangun tidur, ponsel sesuatu yang tak bisa lepas untuk dicari. Kebutuhan pekerjaan, komunikasi, membuat status baru untuk eksis di media sosial, belanja sampai cari pasangan semua berada dalam genggaman.
Sebuah situs internasional allaccess.com merilis dalam 60 detik tiap hari rata-rata manusia di seluruh dunia bisa membuat puluhan jutaan pesan melalui ponsel.
Mulai membuat unggahan hingga 480 ribu status twitter, 174 ribu untuk menggeser gambar di Instagram, mengirim 38 juta pesan whatsapp, 18 juta pesan SMS terkirim, 973 ribu login ke Facebook, 4,3 juta menonton video di YouTube hingga 3,7 juta melakukan pencarian di google dan 3,7 juta mengirim email, serta 1,1 juta pesan mencari pasangan di Tinder.
Itulah yang terjadi di dunia digital hanya dalam waktu 60 detik. Sesuatu yang akan menarik kalau bisa dimanfaatkan dengan kreatif. Jadi apa yang bisa kamu lakukan di tengah era digital saat ini?
Gibran Rakabuming Raka, Pengusaha Muda sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo menekuni bisnis kuliner. Mulai dari katering dengan Chilli Pari, hingga martabak dengan brand Markobar.
Bersama adiknya, Kaesang Pangerap, Gibran meluncurkan aplikasi kuliner bernama Madhang.id. Konsepnya menawarkan makanan rumahan dengan koki ibu-ibu rumah tangga.
Selain itu, ia juga ikut bermain dalam bisnis permainan papan (Board Game). Isinya, mainan yang mengangkat budaya asli Indonesia. Gibran mengaku mengenal internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. “Kalau sosial media dari munculnya Friendster,” kata Gibran.
Kreativitasnya untuk memanfaatkan internet tidak sampai situ. Ia juga pernah membuat kaos bergambar Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan tulisan ‘Tenggelamkan’. Kaos ini kemudian ia dagangkan. “Saya nge-fans banget sama Bu Susi, jadi bikin kaosnya atas seizin Bu Susi juga,” kata Gibran.
Hal ini mendapat respon langsung dari Susi Pudjiastuti. “Bangga juga, apalagi putra pak presiden. Yang tidak menghargai penenggelaman kapal, saya tenggelamkan. Penenggelaman di sini patriotik untuk negara. Kalau anak muda punya semangat patriotisme untuk negara, bagus,” katanya di tempat terpisah.
Gibran Rakabuming Raka, Putra Sulung Presiden Jokowi mengaku tak sekadar memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bisnisnya. Ia mulai menekuni kuliner berbasis aplikasi bernama Madhang.id. “Untuk Madhang, ini usaha pertama saya yang bergerak di bidang IT. Tapi masih belajar juga,” katanya
Madhang adalah aplikasi berbasis android ruang bisnis bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menjual makanan yang dimasak di rumah ke masyarakat luas. Selain itu, Gibran juga sedang menggarap aplikasi lain bernama Kerjaholic. “Itu belum di-launching. Tapi intinya, aplikasi ini menghubungkan yang mencari kerja dan yang membutuhkan pekerjaan,” katanya.
Sementara itu, bisnis Markobar-nya akan go internasional. “Lagi mengurus izin usaha di Manila. Orang sana senang yang manis-manis,” katanya. Markobar sendiri sudah memiliki 35 cabang di Indonesia. Gibran juga merasa tersaingi dengan peniruan ide-ide dalam berbisnis yang terkait dengan digital. “Itu biasa, bisnis seperti itu. Merasa tersaingi, tapi memotivasi juga,” katanya.
Perusahaan GoJek bisa dibilang sebagai perusahaan aplikasi transportasi yang cukup berkembang pesat di Indonesia. Awal dibuat pada 2010 silam, perusahaan ini hanya terdiri dari 10 karyawan dan 20 pengemudi sepeda motor. Tapi hari ini, perusahaan berbasis aplikasi ini sudah tersebar di 100 kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengemudi sepeda motor dan mobil sebanyak 1 juta orang. “Di Papua saja yang belum. Mungkin sebentar lagi,” kata Nadiem Makarim, Pendiri GoJek.
Saat ini orang yang mengunduh aplikasi GoJek sudah mencapai 10 juta orang. Fitur di GoJek juga terus bertambah. “Sama sekali tidak membayangkan akan sebesar ini. Respon masyarakat dari layanan ini juga tidak nyangka. Dan sebentar lagi GoJek juga akan keluar dari Indonesia,” lanjut Nadiem.
Nadiem pun membongkar rahasia perusahaannya. Menurutnya, meskipun telah memberikan sumbangan Rp 8,2 triliun/tahun untuk perekonomian di Indonesia dan memiliki 1 juta partner, perusahaannya selalu merasa kecil. “Karena kita harus gesit. Nggak bisa punya mindset seperti perusahaan besar,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, dengan merasa seperti perusahaan kecil, akan lebih rileks menghadapi persoalan bisnis seperti kompetisi. “Yang penting punya sensitifitas terhadap kompetisi dan selalu berinovasi. Tak boleh lengah,” kata Nadiem.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim bercerita tentang kesuksesan perusahaannya. Menurutnya era digital menuntut orang atau lembaga untuk berkolaborasi.  “Pemikiran dia itu harus kolaboratif,” katanya. Hal yang diperlukan untuk membesarkan perusahaannya bukan berasal dari kesuksesan individu melainkan kesuksesan tim. “Yang keluar dari GoJek itu karena nggak bisa kolaborasi,” kata Nadiem.
Membesarkan GoJek bukan tanpa tantangan. Belum lama ini pengemudi GoJek melakukan aksi demonstrasi menuntut tarif yang layak dan manusiawi. Kata Nadiem, persoalan ini bukan hal baru yang dia hadapi. Persoalan ini rumit, karena harus mencari titik keseimbangan antara kepentingan pengemudi dan konsumen. “Itu sulit kita capai keseimbangan,” lanjutnya.
Kunci untuk menangani hal itu adalah komunikasi. Nadiem biasa menggunakan aplikasi GoJek untuk keperluan transportasi sehari-hari. “Banyak yang curhat, mulai dari susah dapat orderan sampai susah dapat bonus,” katanya. Tapi tak semua curhatan dari pengemudi bernada negatif. “Ada juga driver yang bilang, Alhamdulillah karena jadi driver sekarang anak saya bisa masuk kuliah, masuk S1,” kata Nadiem.
Kesempatan menggunakan GoJek dalam kehidupan sehari-hari ini dimanfaatkan untuk menjaring aspirasi. “Jadi saya suka banget berinteraksi dengan mereka, karena satu cara untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di lapangan,” tambah Nadiem.
Dua calon gubernur Jawa Tengah yang tengah bersaing dalam pemilihan kepala daerah, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said mengaku memanfaatkan media sosial untuk mengeruk simpati dari masyarakat. Media sosial menjadi ruang untuk memikat dan pembentukan citra bagi calon kepala daerah.
Menurut Ganjar Pranowo, media sosial bisa digunakan untuk ruang partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah. Hal ini bisa diterapkan melalui laporan-laporan dari masyarakat langsung ke kepala daerahnya. “Ada yang lapor jalan bolong. Ada yang lapor ada pungli. Ada yang lapor antrean rumah sakit panjang. Sebenarnya itu satu partisipasi. Yang kedua mereka mau aktif melaporkan dan kita merespon. Kalau kita mikirnya positif, itu barang (media sosial) bagus,” katanya.
Sementara itu, Sudirman Said menilai media sosial lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan keburukannya. Kebaikan itu akan terekam dengan baik. “Kita tak bisa menghapus jejak digital karena itu kita gunakan untuk sesuatu yang memberi manfaat, ini juga bisa kita kerjakan di Jawa Tengah dan Republik,” katanya.
Bayu Eko Meoktito atau Bayu Skak adalah Youtubers dengan total subscriber 1,6 juta. Ia bisa meraup untung sebulan seharga sepeda motor dari video-video yang diunggah. Video Bayu Skak ini bisa dikatakan original dan unik karena semua videonya menggunakan Bahasa Jawa. Awalnya, Bayu hanya iseng mengunggah video ke YouTube. Video pertamanya adalah membuat konten dengan judul “Rumah Sakit Jiwa”. Video ini menggambarkan kondisi anak-anak di sekolahannya pada 2010 lalu seperti rumah sakit jiwa. Sebab, mereka kelelahan mengerjakan tugas-tugas sekolah, khususnya membuat animasi. “Apa kunci untuk membuat konten kreatif?” tanya @NajwaShihab. “Kalau saya apa adanya. Channel youtube ini saya bikin mau apa adanya dari awal. Ya udah kita bikin apa adanya pakai bahasa daerah. Saya mau mengubah mindset orang-orang yang kayak melihat ini bukan dari jawa saja. Tapi yang saya angkat bukan dari Jawa saja, tapi semua daerah di seluruh Republik ini,” jawab Bayu.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim memberikan catatan peluang bagi startup atau usaha rintisan berbasis internet. Menurut dia, perlu keberanian untuk memulai startup, termasuk menciptakan suatu konsep yang lumayan unik. “Harus ada yang beda. Itu penting,” katanya. Kedua, pendiri usaha rintisan perlu menanamkan sikap untuk tidak mengejar keuntungan semata. Tapi usaha rintisan harus menjawab persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. “Semakin rumit masalahnya, semakin besar peluangnya,” kata Nadiem.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menjelaskan pihaknya saat ini tengah mengambil peran sebagai fasilitator. Fasilitator di sini adalah memberikan ruang untuk mempertemukan antara pengusaha yang sedang merintis usaha baru dengan para investor. “Kemarin di Bali sudah ada 70 startup sudah dikurasi, sudah dicek. Jadi mereka sudah ketemu. Itu pertama kali, memfasilitasi,” katanya. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara memberikan tips untuk membangun bisnis digital. Menurutnya, hal ini dimulai dari hal kecil, seperti kegagalan. “Jadi harus berani mencoba dan berani gagal,” katanya. Pernyataan menteri direspon oleh Gibran. Menurut Gibran, dunia bisnis adalah dunia yang keras. “Gagal. Ditipu, itu hal yang biasa,” katanya. YouTubers, Bayu Skak ikut menimpali. Untuk memulai jadi seorang YouTubers langkah awal adalah tidak memikirkan keuntungan. Tapi bagaimana membuat konten-konten yang bagus dan berbobot. Selama 1 sampai 2 tahun, merupakan awal yang pahit untuk merintis usaha monetize di YouTube. “Kalau mikir duit pertama itu duit itu salah. Komentar-komentar yang positif, bikin-bikin lagi. Itu yang memotivasi kita untuk bikin konten yang bagus. Yang berbobot,” katanya.



Sebagai penutup, inilah Catatan Najwa:
Internet bukan hanya semata-mata medium, internet ialah revolusi berdampak maksimum. Tak sekadar mengubah cara berkomunikasi, bahkan ikut membentuk cara hidup hari ini. Pengetahuan menjadi begitu bebas dan merdeka, nyaris tiada penguasa yang bisa mengontrolnya. Barang siapa yang kelewat terlambat beradaptasi, pasti tergerus zaman digital yang terus berlari.Sekat-sekat lawas dengan segera menjadi usang, hal-hal baru bermekaran tanpa bisa dihentikan. Peluang demi peluang muncul tanpa diduga, kesempatan emas bagi yang rajin berkarya Inovasi menjadi komoditas paling diburu, diperebutkan dari berbagai macam penjuru yang kreatif niscaya akan melesat, yang jumud bersiaplah jadi karat Mari tinggalkan pikiran-pikiran lama, masa depan milik mereka yang terbuka.

Minggu, 20 Mei 2018

review melawan teroris tanggal 16 mei 2018


Melawan teroris
Mereview acara mata najwa tanggal 16 mei  2018
Dengan pemilik acara mata najwa

Daniel Agung Putra Kusuma. Remaja yang masih duduk di kursi SMP itu merupakan korban teror bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat, Jalan Arjuna, Surabaya. Dalam peristiwa yang terjadi Minggu 13 Mei 2018, Daniel sempat menghalau mobil yang membawa bom masuk ke dalam gereja. Ia disebut-sebut sebagai pahlawan cilik. Budi, ayah Daniel sempat kebingungan saat mengetahui bom ledakan di Gereja Pantekosta Pusat. "Kami nyari-nyari setelah bom itu. Akhirnya, membawa buku sama KK, jadi saya menuju ke sana. Ada yang korban cocok dengan DNA saya. Saya di sana sampai malam," kata Budi, Ayah Daniel saat dikunjungi di rumahnya.
Berdasarkan cerita saksi, menurut Budi, Daniel berusaha menghalangi mobil. "Jadi dia (Daniel-red) yang menghalang-halangi mobil itu," tambah Budi. Daniel juga dikenal sebagai anak yang senang bergaul. "Dia bisa bergaul sama siapa saja," ungkap Sumijah, Nenek Daniel. Tapi kini, Sumijah tak bisa lagi melihat keceriaan cucunya itu. "Daniel jadi pahlawan, menyelamatkan jiwa banyak orang. Kita harus bersyukur. Tuhan selalu baik," tambah Nenek Daniel.
Dalam peristiwa ini, selain Daniel setidaknya 7 orang tewas termasuk pelaku bom bunuh diri, Dita Oepriarto. Kalau saja Daniel tak berusaha menghalau kendaraan bom bunuh diri, korban jiwa mungkin akan lebih banyak. Rentetan teror tak hanya di Surabaya, hingga Rabu 16 Mei 2018, serangan dan penangkapan terduga teroris terus terjadi. Terakhir serangan Mapolda Riau. Satu polisi tewas dalam serangan ini dan 4 pelaku penyerangan tewas.
Serangan di Jawa Timur tak hanya di 3 gereja (Santa Maria Ngagel, GKI Diponegoro, Pantekosta Pusat). Baru saja menjejakkan kaki di Surabaya, Mata Najwa langsung dihadapkan dengan aksi serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya. Saat itu juga Mata Najwa langsung menuju lokasi juga mewawancarai polisi yang berupaya menghentikan para pelaku bom yang dilakukan 1 keluarga. "Pendengaran, masih tidak enak," kata Ahmad Muaffan saat ditemui di rumah sakit. Muaffan adalah polisi yang menghentikan sepeda motor yang membawa bom di Polrestabes Surabaya. Muaffan menceritakan sepeda motor meledak sesaat dihentikan.
Dalam peristiwa ini 4 pelaku bom bunuh diri tewas di tempat. Seorang anak yang menjadi korban ideologi orangtuanya selamat dan masih dirawat di rumah sakit. Kejadian di Senin pagi ini juga membuat 4 polisi luka. Hadir di meja Mata Najwa, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menjelaskan jaringan teror JAD yang bergerak dalam aksi teror ini. Malam sebelum bom di Polrestabes Surabaya, terjadi ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Ledakan ini diduga berasal dari bom yang sedang dirakit. Polisi juga melumpuhkan terduga teroris, keluarga penghuni Rusunawa karena saat ditemukan masih memegang pemantik bom. Mata Najwa menelusuri Rusunawa ini. Rumah yang dihuni keluarga Anton Ferdiantono ini berantakan. Ledakan juga menghancurkan plafon rumah dan menyisakan bau mesiu.
Polisi juga sempat menunjukkan bahan-bahan peledak yang diambil dari lokasi kejadian. Bahan peledak ini berupa bubuk belerang dan sejumlah pipa dan kabel. "Terduga masih hidup. Napas tersenggal saat kita masuk," kata AKP Samirin sambil mengingat kejadian ledakan di Rusunawa Wonocolo, Senin 14 Mei 2018.
Saat itu polisi tidak melihat isteri dan anak dari pelaku. "Itu tidak kelihatan," lanjut Samirin Keberadaan orang-orang di dalam ruangan justru didapat dari informasi salah satu anak yang selamat. "Kita tahu di dalam itu dari anaknya. Ada bapak, ibu dan kakak," lanjut Samirin. Sementara itu sekuriti Rusunawa, Nurbani mengatakan pelaku peracik bom dikenal tertutup dengan tetangga. "Orangnya pendiam dan jarang bergaul dan bertegur sapa dengan penghuni lainnya," katanya. Kepolisian melaporkan, ledakan di Rusunawa ini menewaskan pelaku peracik bom Anton Ferdiantono tewas. Selain itu, isteri pelaku Puspita Sari dan 1 anak tewas dalam peristiwa ini. Sementara itu, 3 anak lainnya selamat.
Menurut Kapolri Tito Karnavian, bom yang ada di Rusunawa ini merupakan jenis bom yang biasa dipakai kelompok teroris ISIS. "Mereka sekarang gunakan TATT yang dapat didapatkan di mana pun, tapi daya bakarnya high explosive," katanya. Dari rangkaian teror di Surabaya, sorotan utama tertuju pada terduga teroris keluarga Dita Oeprianto. Polisi menyatakan Dita adalah Ketua Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur. JAD merupakan organisasi yang terafiliasi dengan ISIS.
Pengusaha minyak dan herbal ini menjadi otak bom 3 gereja di Minggu pagi, 13 Mei 2018. Ia melibatkan istri dan keempat anaknya, termasuk yang masih di bawah umur menjadi "pengantin" pelaku bom bunuh diri. Mata Najwa mendatangi rumah keluarga Dita di kawasan Wonorejo, yang dikenal sebagai kawasan elit di Surabaya.
Menurut tetangganya, Ani Gunawan, anak-anak dari Dita ramah. Sering tersenyum kepada tetangga. "Tapi memang akhir-akhir ini jarang keluar," kata Ani yang rumahnya bersebelahan dengan Dita. Senada diutarakan Yuki Gunawan, Ketua RT setempat. "Seperti warga yang lain. Dia (Dita) sering sholat berjamaah," katanya. Yuki melanjutkan, "Bahkan anaknya yang perempuan dua orang itu sering jogging, lari-lari dan sepedaan di sekitar sini, dengan warga dia enggak introvert, terbuka sekali.”
Menurut Kapolri, Tito Karnavian, serangan satu keluarga ini sudah dilakukan di beberapa negara lainnya. Tapi dia mencatat untuk tidak mengaitkan tindakan teroris dengan Islam. "Jangan kaitkan dengan agama apa pun. Islam bukan teroris, teroris bukan Islam," kata Kapolri, Tito Karnavian. Saat ini, RUU Antiterorisme masih dibahas di DPR. RUU ini dianggap lambat disahkan, karena sudah diajukan sejak 2016 lalu. Menurut Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, regulasi ini sudah sangat mendesak untuk disahkan, terutama tentang pelibatan TNI di dalamnya. "Anak TNI sering mengeluh pada kita, senior. Mereka seperti melihat ikan-ikan di akuarium tapi tak bisa ditangkap," kata Ansyaad.
Selain itu regulasi tentang penanggulangan terorisme saat ini masih berkutat pada upaya penindakan. "UU yang lama lebih banyak reaktif. Ini kita bisa lihat ada pergeseran tarik-menarik antara institusi," lanjut Ansyaad. "Polisi itu sudah tahu jaringannya. Tapi mereka tidak bisa memproses karena tidak ada payung hukumnya," tambah Ansyaad.
Menurut Anggota Pansus RUU Antiteroris, Nasir Djamil dalam masa sidang sebelumnya, pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk memperpanjang pansus RUU Terorisme. "UU ini diharap lebih pro aktif dan preventif," katanya. Presiden bereaksi keras di tengah rentetan serangan teroris di tanah air. Ia mengultimatum akan mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang Undang (Perppu) tentang Penanggulangan Terorisme jika RUU Antiterorisme tak juga disahkan oleh DPR.
Saat ini, pembahasan RUU Antiterorisme mandek terkait persoalan definisi terorisme. Pemerintah mengusulkan definisi terorisme adalah segala perbuatan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal atau mengakibatkan kerusakan serta kehancuran terhadap obyek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas public atau fasilitas internasional. Di sisi lain, sejumlah fraksi di DPR meminta definisi itu ditambahkan dengan frasa “tujuan atau motif politik, ideologi dan tindakan mengancam keamanan negara.” Menurut catatan Direktur Eksekutif Lokataru, Haris Azhar persoalan RUU bukan hanya pada persoalan definisi, secara substansi perlu diuji kembali. "Keseimbangan bisa diuji di level pelaksanaan. Memang ada masalah penangkapan dan masa penahanan," katanya. Lebih lanjut, ia meminta RUU Antiterorisme ini tetap ramah terhadap Hak Asasi Manusia. "Dalam rangka memastikan HAM ke depan, negara harus kuat," katanya.
Pelibatan TNI dalam penanggulangan terorisme diatur dalam RUU Antiterorisme. Namun sejauh ini masih menjadi perdebatan, siapa yang akan menjadi komando dalam penanggulangan terorisme, Polisi atau TNI? Menurut Anggota Pansus RUU Antiterorisme, Nasir Djamil nantinya RUU ini akan mengatur tugas dua institusi: TNI dan Polisi. Saat Najwa Shihab bertanya apakah TNI akan berada di bawah Polisi, Nasir menjawab, "Ya, lead sector itu polisi."
Nasir Djamil melanjutkan, sekarang sudah tidak ada lagi perdebatan yang berarti dalam pembahasan RUU Antiterorisme. "Jadi tugas melindungi negara ada di Polri dan TNI. Kesiapan sudah siap, nanti tinggal disinergikan," katanya.
Menurut Kapolri, Jenderal Tito Karnavian penanggulangan terorisme sudah didiskusikan dengan Panglima TNI, Jenderal Hadi Tjahjanto. Menurutnya, TNI tidak keberatan untuk dilibatkan dalam aksi pemberantasan terorisme. "Dari TNI tidak keberatan kalau dibutuhkan," katanya. Tito mencatat, RUU Antiterorisme harus diselesaikan. Sebab saat ini yang dibutuhkan adalah keamanan nasional. "Jadi masyarakat butuh perlindungan," katanya. Di sisi lain, Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai satu hal yang penting tentang RUU Antiterorisme adalah mengagung-agungkan aksi terorisme. "Di negara lain, kalau ada yang melakukan glorify terorism, itu ditangkap," katanya.
Sebagai penutup, Inilah Catatan Najwa:
Jelas terorisme tak cuma membunuh manusia, melainkan ikut mematikan kemanusiaan. Bukan hanya melukai tubuh belaka, juga mencederai segenap rasa dan jiwa. Membuat yang berpikiran terbuka jadi curiga, mematahkan banyak hati yang ingin hidup bersama.
Yang terburuk membuat manusia jadi serigala, yang penuh wasangka untuk menerkam sesama.
Proses panjang merajut harmoni langsung berantakan, oleh ledakan yang singkat namun
mematikan.
Menyederhanakan dunia semata kawan dan lawan, menganggap yang beda sebagai objek untuk dimusnahkan.
Kita merindukan hidup yang penuh percakapan, bukan hidup yang disesaki kecurigaan.
Tugas manusia adalah menjadi manusia, bukan dijadikan alat apalagi senjata.
Kita buktikan kehendak atas harmoni jauh lebih kuat, ketimbang hasrat memecah bangsa dalam sekat-sekat.


Minggu, 13 Mei 2018

review MELARANG ORMAS TERLARANG tanggal 09 mei 2018


MELARANG ORMAS TERLARANG
Mereview acara mata najwa tanggal 09 mei  2018
Dengan pemilik acara mata najwa

Hizbut Tahrir resmi dilarang di Indonesia, dalihnya bertentangan dengan dasar Negara Upaya hukum sudah dilakukan, pengadilan tingkat pertama telah memutuskan Sebenarnya ini bukan keputusan yang langka, sejumlah negara sudah lebih dulu melarangnya Dari Turki hingga Tunisia, dari Malaysia sampai Saudi Arabia Mengapa di mana-mana Hizbut Tahrir dilarang, benarkah larangan bisa selesaikan persoalan? Inilah mata najwa “MELARANG ORMAS TERLARANG “
Di hadiri oleh :
1.      Ismail yusanto sebagai juru bicara HTI
2.      Achmad budi prayoga sebagai Kuasa Hukum Pemerintah
3.      Yusril ihza mahendra sebagai Kuasa Hukum HTI
4.      Alfa isnaeni sebagai Komandan Banser Nasional
5.      Muhammad romahurmuziy sebagai Ketua Umum PPP
6.      Haris azhar sebagai Direktur Eksekutif Lokataru
"Sejak awal kami menilai keputusan pemerintah itu adalah sebuah kezaliman," ujar Juru Bicara HTI Ismail Yusanto. Sementara itu, Kuasa Hukum pemerintah Achmad Budi Prayoga menegaskan putusan hakim yang sudah dibacakan sudah memberikan hak kepada eks HTI untuk membuktikan dalil-dalilnya.
Achmad Budi Kuasa Hukum Pemerintah dalam kasus HTI menilai HTI merupakan organisasi politik. "Ada 200 kegiatan yg kami sampaikan sebagai bukti dan tidak ada bantahan. Melalui Perppu Ormas, Indonesia melakukan penegakan hukum dan kita tetap berikan kesempatan HTI membela diri." Dibalas oleh Ismail Yusanto Juru Bicara HTI, "Semua kegiatan HTI telah berlangsung, damai tertib legal. Kenapa sekarang malah menjadi masalah. Jadi HTI ini sebenarnya melanggar apa? Soal pelanggaran UU Ormas itu kan asumsi. Jadi Hizbut Tahrir dipersalahkan karena asumsi dan persepsi." Lebih lanjut Ismail menyatakan, "HTI itu gerakan dakwah Islam dalam kesatuan NKRI yang berdasar Pancasila dan UUD 1945. Itu ada dalam AD/ART. Jadi tidak ada bukti HTI mau mengganti Pancasila."
Adu argumen berlanjut dari Komandan Baser Nasional
Alfa Isnaeni, "Fakta di lapangan, HTI mengusung khilafah, kalau khilafah ya tak setuju Pancasila. Jangan diprovokasi masyarakat untuk berpolitik utopis." Kalangan LSM menolak pemberlakuan Perppu Ormas. Haris Azhar, Direktur Eksekutif Lokataru menilai jaminan kebebasan berekpresi dalam demokrasi menjadi dasar bagi HTI mencari keadilan. Namun di sisi lain, pemerintah yang menyatakan Indonesia itu bhineka tunggal ika bisa terjebak dengan adanya perppu.
Haris pun mempertanyakan, apakah ada jaminan perppu tersebut tak disalahgunakan di kemudian hari, karena kepemimpinan di republik ini akan berganti, sementara kekuatan perppu ormas yg telah jadi undang-undang tersebut tetap di genggaman. Romi, Ketum PPP sebagai salah satu parpol pendukung pemerintah berujar, “Tak perlu ada kekhawatiran penyalahgunaan kewenangan, sepanjang kita berfondasi pada Pancasila dan NKRI. Tentu peraturan yg telah dibuat tak luput dari kekurangan, tapi selalu terbuka untuk terus disempurnakan.”
HTI mengklaim memiliki banyak anggota terdaftar, namun enggan membuka detil angka berapa jumlahnya. Lalu bagaimana pendekatan kepada masyarakat? Juru Bicara HTI menyatakan pendekatannya melalui dakwah dan ajaran HTI disebar ke semua lini dari sekolah, kampus, hingga perkantoran.
Juru Bicara HTI Ismail Yusanto mengklaim," Soal khilafah ini bukan hanya soal Hizbut Tahrir. Jadi jika ada yg setuju khilafah, tidak bisa juga diklaim itu adalah Hizbut Tahrir." Namun argumen ini tak membuat pemerintah memberi ruang. Jika ada benturan kepentingan apalagi menyangkut ideologi dan dasar negara, ini menjadi kekhawatiran sejumlah pihak, seperti yg diungkapkan oleh Ketum PPP Romahurmuziy.
Secara lantang Jubir HTI Ismail Yusanto menyatakan, "Pada tahun 2002 HTI pernah menyampaikan ke MPR tentang gagasan perubahan UUD." Disampaikan pula bahwa hal itu dilakukan secara terbuka dan konstitusional. HTI mengklaim ingin melakukan perubahan justru karena mencintai negeri ini. Jika ada cara atau sudut pandang yg berbeda apa salahnya? Pertentangan argumen dan cara pandang ini membuat upaya penegakan hukum maupun merangkul semua golongan seolah terpisah jurang.
Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar menyatakan, "Ada bandul keterbatasan, namun ada bandul kebebasan. Mungkinkah keduanya dapat mengayun secara berimbang." Perbedaan ideologi membuat benturan di masyarakat tak terelakkan. Komandan Banser Nasional Alfa Isnaeni menceritakan ada banyak peristiwa pertemuan dan dakwah yang dilakukan HTI memicu kontroversi di sejumlah daerah. Banser mengklaim penindakan/ pembubaran yang mereka lakukan selalu dilakukan bersama penegak hukum.
Namun Jubir HTI menyatakan ada kelompok-kelompok, termasuk banser, yang justru mengganggu jalannya dakwah yang seharusnya dilindungi undang-undang dalam demokrasi. Fakta ini dinilai kuasa hukum pemerintah dalam kasus HTI Achmad Budi Prayoga sebagai contoh atau fakta, di mana negara harus hadir dan menegakkan hukum melalui penerapan aturan demi kebaikan semua pihak. 30 tahun lebih berkiprah, HTI telah berevolusi menjadi ormas dengan jumlah anggota yang dinilai cukup besar di Indonesia. Basis massa ini tak dimungkiri menjadi komoditas politik yang potensial untuk meraup suara. Yusril Ihza Mahendra, kuasa hukum HTI sekaligus Ketua Umum PBB berkilah, "pada waktu HTI dicabut status badan hukumnya masih jauh dari Pemilu, mereka berkonsultasi dan memutuskan untuk membela HTI" "Saya bekerja sebagai advokat profesional saya membela HTI sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, tanpa bayaran" Meski demikian Yusril tak menampik, terbuka jika ada anggota HTI yg bergabung ke partainya, "alhamdulillah, cukup banyak yang bergabung dengan PBB, dan sudah ada yang mau jadi caleg juga.
Sementara Ketum PPP Romahurmuziy mengatakan ujung dari setiap kebijakan pemerintah untuk menjaga persatuan dan merangkul semua pihak. Ke mana pun mantan anggota HTI akan berlabuh, siapapun berhak mengulurkan tangan untuk bergandengan. 



CATATAN NAJWA:
tidak mudah untuk merawat Indonesia. negeri ini mat sangat beraneka.  perbedaan terhampar dimana - mana, potensi konflik begitu kasat mata. itulah mengapa pendiri bangsa menyusun pancasila, formula yang dijadikan jalan tengah bagi semua. sila - silanya berasal dari banyaknya pemikiran ejawantah dari kehendak hidup berdampingan. namun panacasila bukanlah panasea yang mampu mengobati seluruh problema. cukupkanlah pancasila sebagai rumah bersama tempat ragam ide dan aspirasi tumbuh merdeka. jika perselisihan akhirnya tetap mengemuka biar mekanisme hukum yang menjadi panglima. memakai prosedur untuk menuntaskan sengketa, cara beradab untuk merawat demokrasi kita

Review Bangkit dari teror tanggal 23 mei 2018

Bangkit dari teror Mata najwa tanggal 23 mei 2018 Sesi pertama: alasan ipda denny peluk terdakwa teroris aman abdurrahman.          ...