REPUBLIK DIGITAL
MATA NAJWA TANGGAL
20 MEI 2018
Dalam acara mata najwa yang berlokasi di
solo dan mengambil tema Republik Digital karena setiap tahun ataupun setiap
bulan banyak sekali berubahan atau munculnya produk – produk digital yang di
minati banyak kalangan terutama anak – anak yaitu game.
Setiap akan atau bangun tidur,
ponsel sesuatu yang tak bisa lepas untuk dicari. Kebutuhan pekerjaan,
komunikasi, membuat status baru untuk eksis di media sosial, belanja sampai
cari pasangan semua berada dalam genggaman.
Sebuah situs
internasional allaccess.com merilis dalam 60 detik tiap hari rata-rata manusia
di seluruh dunia bisa membuat puluhan jutaan pesan melalui ponsel.
Mulai membuat
unggahan hingga 480 ribu status twitter, 174 ribu untuk menggeser gambar di
Instagram, mengirim 38 juta pesan whatsapp, 18 juta pesan SMS terkirim, 973
ribu login ke Facebook, 4,3 juta menonton video di YouTube hingga 3,7 juta
melakukan pencarian di google dan 3,7 juta mengirim email, serta 1,1 juta pesan
mencari pasangan di Tinder.
Itulah yang
terjadi di dunia digital hanya dalam waktu 60 detik. Sesuatu yang akan menarik
kalau bisa dimanfaatkan dengan kreatif. Jadi apa yang bisa kamu lakukan di
tengah era digital saat ini?
Gibran
Rakabuming Raka, Pengusaha Muda sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo
menekuni bisnis kuliner. Mulai dari katering dengan Chilli Pari, hingga
martabak dengan brand Markobar.
Bersama
adiknya, Kaesang Pangerap, Gibran meluncurkan aplikasi kuliner bernama
Madhang.id. Konsepnya menawarkan makanan rumahan dengan koki ibu-ibu rumah
tangga.
Selain itu,
ia juga ikut bermain dalam bisnis permainan papan (Board Game). Isinya, mainan
yang mengangkat budaya asli Indonesia. Gibran
mengaku mengenal internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. “Kalau sosial
media dari munculnya Friendster,” kata Gibran.
Kreativitasnya
untuk memanfaatkan internet tidak sampai situ. Ia juga pernah membuat kaos
bergambar Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan tulisan
‘Tenggelamkan’. Kaos ini kemudian ia dagangkan. “Saya nge-fans banget sama Bu Susi, jadi bikin kaosnya atas seizin
Bu Susi juga,” kata Gibran.
Hal ini
mendapat respon langsung dari Susi Pudjiastuti. “Bangga juga, apalagi putra pak
presiden. Yang tidak menghargai penenggelaman kapal, saya tenggelamkan.
Penenggelaman di sini patriotik untuk negara. Kalau anak muda punya semangat
patriotisme untuk negara, bagus,” katanya di tempat terpisah.
Gibran
Rakabuming Raka, Putra Sulung Presiden Jokowi mengaku tak sekadar memanfaatkan
media sosial untuk memasarkan bisnisnya. Ia mulai menekuni kuliner berbasis
aplikasi bernama Madhang.id. “Untuk Madhang, ini usaha pertama saya yang
bergerak di bidang IT. Tapi masih belajar juga,” katanya
Madhang
adalah aplikasi berbasis android ruang bisnis bagi ibu-ibu rumah tangga untuk
bisa menjual makanan yang dimasak di rumah ke masyarakat luas. Selain itu, Gibran juga sedang menggarap
aplikasi lain bernama Kerjaholic. “Itu belum di-launching. Tapi intinya,
aplikasi ini menghubungkan yang mencari kerja dan yang membutuhkan pekerjaan,”
katanya.
Sementara
itu, bisnis Markobar-nya akan go internasional. “Lagi mengurus izin usaha di
Manila. Orang sana senang yang manis-manis,” katanya. Markobar sendiri sudah
memiliki 35 cabang di Indonesia. Gibran
juga merasa tersaingi dengan peniruan ide-ide dalam berbisnis yang terkait dengan
digital. “Itu biasa, bisnis seperti itu. Merasa tersaingi, tapi memotivasi
juga,” katanya.
Perusahaan
GoJek bisa dibilang sebagai perusahaan aplikasi transportasi yang cukup
berkembang pesat di Indonesia. Awal dibuat pada 2010 silam, perusahaan ini hanya
terdiri dari 10 karyawan dan 20 pengemudi sepeda motor. Tapi hari ini, perusahaan berbasis aplikasi ini sudah tersebar di
100 kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengemudi sepeda motor dan mobil
sebanyak 1 juta orang. “Di Papua saja
yang belum. Mungkin sebentar lagi,” kata Nadiem Makarim, Pendiri GoJek.
Saat ini
orang yang mengunduh aplikasi GoJek sudah mencapai 10 juta orang. Fitur di
GoJek juga terus bertambah. “Sama
sekali tidak membayangkan akan sebesar ini. Respon masyarakat dari layanan ini
juga tidak nyangka. Dan sebentar lagi GoJek juga akan keluar dari Indonesia,”
lanjut Nadiem.
Nadiem pun
membongkar rahasia perusahaannya. Menurutnya, meskipun telah memberikan
sumbangan Rp 8,2 triliun/tahun untuk perekonomian di Indonesia dan memiliki 1 juta
partner, perusahaannya selalu merasa kecil. “Karena kita harus gesit. Nggak
bisa punya mindset seperti perusahaan besar,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, dengan merasa seperti perusahaan kecil,
akan lebih rileks menghadapi persoalan bisnis seperti kompetisi. “Yang penting
punya sensitifitas terhadap kompetisi dan selalu berinovasi. Tak boleh lengah,”
kata Nadiem.
Pendiri
GoJek, Nadiem Makarim bercerita tentang kesuksesan perusahaannya. Menurutnya
era digital menuntut orang atau lembaga untuk berkolaborasi. “Pemikiran
dia itu harus kolaboratif,” katanya. Hal
yang diperlukan untuk membesarkan perusahaannya bukan berasal dari kesuksesan
individu melainkan kesuksesan tim. “Yang keluar dari GoJek itu karena nggak
bisa kolaborasi,” kata Nadiem.
Membesarkan
GoJek bukan tanpa tantangan. Belum lama ini pengemudi GoJek melakukan aksi
demonstrasi menuntut tarif yang layak dan manusiawi. Kata Nadiem, persoalan ini bukan hal baru yang dia hadapi.
Persoalan ini rumit, karena harus mencari titik keseimbangan antara kepentingan
pengemudi dan konsumen. “Itu sulit kita capai keseimbangan,” lanjutnya.
Kunci untuk
menangani hal itu adalah komunikasi. Nadiem biasa menggunakan aplikasi GoJek
untuk keperluan transportasi sehari-hari. “Banyak yang curhat, mulai dari susah
dapat orderan sampai susah dapat bonus,” katanya. Tapi tak semua curhatan dari pengemudi bernada negatif. “Ada juga
driver yang bilang, Alhamdulillah karena jadi driver sekarang anak saya bisa
masuk kuliah, masuk S1,” kata Nadiem.
Kesempatan
menggunakan GoJek dalam kehidupan sehari-hari ini dimanfaatkan untuk menjaring
aspirasi. “Jadi saya suka banget berinteraksi dengan mereka, karena satu cara
untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di lapangan,” tambah Nadiem.
Dua calon
gubernur Jawa Tengah yang tengah bersaing dalam pemilihan kepala daerah, Ganjar
Pranowo dan Sudirman Said mengaku memanfaatkan media sosial untuk mengeruk
simpati dari masyarakat. Media sosial menjadi ruang untuk memikat dan
pembentukan citra bagi calon kepala daerah.
Menurut
Ganjar Pranowo, media sosial bisa digunakan untuk ruang partisipasi masyarakat
terhadap pembangunan daerah. Hal ini bisa diterapkan melalui laporan-laporan
dari masyarakat langsung ke kepala daerahnya. “Ada yang lapor jalan bolong. Ada
yang lapor ada pungli. Ada yang lapor antrean rumah sakit panjang. Sebenarnya
itu satu partisipasi. Yang kedua mereka mau aktif melaporkan dan kita merespon.
Kalau kita mikirnya positif, itu barang (media sosial) bagus,” katanya.
Sementara
itu, Sudirman Said menilai media sosial lebih banyak manfaatnya dibandingkan
dengan keburukannya. Kebaikan itu akan terekam dengan baik. “Kita tak bisa
menghapus jejak digital karena itu kita gunakan untuk sesuatu yang memberi
manfaat, ini juga bisa kita kerjakan di Jawa Tengah dan Republik,” katanya.
Bayu Eko
Meoktito atau Bayu Skak adalah Youtubers dengan total subscriber 1,6 juta. Ia
bisa meraup untung sebulan seharga sepeda motor dari video-video yang diunggah.
Video Bayu Skak ini bisa dikatakan original dan unik karena semua videonya
menggunakan Bahasa Jawa. Awalnya,
Bayu hanya iseng mengunggah video ke YouTube. Video pertamanya adalah membuat
konten dengan judul “Rumah Sakit Jiwa”. Video ini menggambarkan kondisi
anak-anak di sekolahannya pada 2010 lalu seperti rumah sakit jiwa. Sebab,
mereka kelelahan mengerjakan tugas-tugas sekolah, khususnya membuat animasi. “Apa kunci untuk membuat konten kreatif?”
tanya @NajwaShihab. “Kalau saya apa
adanya. Channel youtube ini saya bikin mau apa adanya dari awal. Ya udah kita
bikin apa adanya pakai bahasa daerah. Saya mau mengubah mindset orang-orang
yang kayak melihat ini bukan dari jawa saja. Tapi yang saya angkat bukan dari
Jawa saja, tapi semua daerah di seluruh Republik ini,” jawab Bayu.
Pendiri
GoJek, Nadiem Makarim memberikan catatan peluang bagi startup atau usaha
rintisan berbasis internet. Menurut dia, perlu keberanian untuk memulai
startup, termasuk menciptakan suatu konsep yang lumayan unik. “Harus ada yang
beda. Itu penting,” katanya. Kedua,
pendiri usaha rintisan perlu menanamkan sikap untuk tidak mengejar keuntungan
semata. Tapi usaha rintisan harus menjawab persoalan-persoalan yang ada di
masyarakat. “Semakin rumit
masalahnya, semakin besar peluangnya,” kata Nadiem.
Menteri
Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menjelaskan pihaknya saat ini tengah mengambil
peran sebagai fasilitator. Fasilitator di sini adalah memberikan ruang untuk
mempertemukan antara pengusaha yang sedang merintis usaha baru dengan para
investor. “Kemarin di Bali sudah ada 70 startup sudah dikurasi, sudah dicek.
Jadi mereka sudah ketemu. Itu pertama kali, memfasilitasi,” katanya. Menteri Komunikasi dan Informatika,
Rudiantara memberikan tips untuk membangun bisnis digital. Menurutnya, hal ini
dimulai dari hal kecil, seperti kegagalan. “Jadi harus berani mencoba dan
berani gagal,” katanya. Pernyataan
menteri direspon oleh Gibran. Menurut Gibran, dunia bisnis adalah dunia yang
keras. “Gagal. Ditipu, itu hal yang biasa,” katanya. YouTubers, Bayu Skak ikut menimpali. Untuk memulai jadi seorang
YouTubers langkah awal adalah tidak memikirkan keuntungan. Tapi bagaimana
membuat konten-konten yang bagus dan berbobot. Selama 1 sampai 2 tahun,
merupakan awal yang pahit untuk merintis usaha monetize di YouTube. “Kalau
mikir duit pertama itu duit itu salah. Komentar-komentar yang positif, bikin-bikin
lagi. Itu yang memotivasi kita untuk bikin konten yang bagus. Yang berbobot,”
katanya.
Sebagai
penutup, inilah Catatan Najwa:
Internet
bukan hanya semata-mata medium, internet ialah revolusi berdampak maksimum. Tak sekadar mengubah cara berkomunikasi, bahkan
ikut membentuk cara hidup hari ini. Pengetahuan menjadi begitu bebas dan
merdeka, nyaris tiada penguasa yang bisa mengontrolnya. Barang siapa yang kelewat terlambat beradaptasi,
pasti tergerus zaman digital yang terus berlari.Sekat-sekat lawas
dengan segera menjadi usang, hal-hal baru bermekaran tanpa bisa dihentikan. Peluang
demi peluang muncul tanpa diduga, kesempatan emas bagi yang rajin berkarya Inovasi menjadi komoditas paling diburu,
diperebutkan dari berbagai macam penjuru yang kreatif niscaya akan melesat, yang jumud bersiaplah jadi karat Mari tinggalkan pikiran-pikiran lama, masa depan
milik mereka yang terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar