Kamis, 24 Mei 2018

Republik Digital tanggal 20 mei 2018


REPUBLIK DIGITAL
MATA NAJWA TANGGAL 20 MEI 2018
Dalam acara mata najwa yang berlokasi di solo dan mengambil tema Republik Digital karena setiap tahun ataupun setiap bulan banyak sekali berubahan atau munculnya produk – produk digital yang di minati banyak kalangan terutama anak – anak yaitu game.
Setiap akan atau bangun tidur, ponsel sesuatu yang tak bisa lepas untuk dicari. Kebutuhan pekerjaan, komunikasi, membuat status baru untuk eksis di media sosial, belanja sampai cari pasangan semua berada dalam genggaman.
Sebuah situs internasional allaccess.com merilis dalam 60 detik tiap hari rata-rata manusia di seluruh dunia bisa membuat puluhan jutaan pesan melalui ponsel.
Mulai membuat unggahan hingga 480 ribu status twitter, 174 ribu untuk menggeser gambar di Instagram, mengirim 38 juta pesan whatsapp, 18 juta pesan SMS terkirim, 973 ribu login ke Facebook, 4,3 juta menonton video di YouTube hingga 3,7 juta melakukan pencarian di google dan 3,7 juta mengirim email, serta 1,1 juta pesan mencari pasangan di Tinder.
Itulah yang terjadi di dunia digital hanya dalam waktu 60 detik. Sesuatu yang akan menarik kalau bisa dimanfaatkan dengan kreatif. Jadi apa yang bisa kamu lakukan di tengah era digital saat ini?
Gibran Rakabuming Raka, Pengusaha Muda sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo menekuni bisnis kuliner. Mulai dari katering dengan Chilli Pari, hingga martabak dengan brand Markobar.
Bersama adiknya, Kaesang Pangerap, Gibran meluncurkan aplikasi kuliner bernama Madhang.id. Konsepnya menawarkan makanan rumahan dengan koki ibu-ibu rumah tangga.
Selain itu, ia juga ikut bermain dalam bisnis permainan papan (Board Game). Isinya, mainan yang mengangkat budaya asli Indonesia. Gibran mengaku mengenal internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. “Kalau sosial media dari munculnya Friendster,” kata Gibran.
Kreativitasnya untuk memanfaatkan internet tidak sampai situ. Ia juga pernah membuat kaos bergambar Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan tulisan ‘Tenggelamkan’. Kaos ini kemudian ia dagangkan. “Saya nge-fans banget sama Bu Susi, jadi bikin kaosnya atas seizin Bu Susi juga,” kata Gibran.
Hal ini mendapat respon langsung dari Susi Pudjiastuti. “Bangga juga, apalagi putra pak presiden. Yang tidak menghargai penenggelaman kapal, saya tenggelamkan. Penenggelaman di sini patriotik untuk negara. Kalau anak muda punya semangat patriotisme untuk negara, bagus,” katanya di tempat terpisah.
Gibran Rakabuming Raka, Putra Sulung Presiden Jokowi mengaku tak sekadar memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bisnisnya. Ia mulai menekuni kuliner berbasis aplikasi bernama Madhang.id. “Untuk Madhang, ini usaha pertama saya yang bergerak di bidang IT. Tapi masih belajar juga,” katanya
Madhang adalah aplikasi berbasis android ruang bisnis bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menjual makanan yang dimasak di rumah ke masyarakat luas. Selain itu, Gibran juga sedang menggarap aplikasi lain bernama Kerjaholic. “Itu belum di-launching. Tapi intinya, aplikasi ini menghubungkan yang mencari kerja dan yang membutuhkan pekerjaan,” katanya.
Sementara itu, bisnis Markobar-nya akan go internasional. “Lagi mengurus izin usaha di Manila. Orang sana senang yang manis-manis,” katanya. Markobar sendiri sudah memiliki 35 cabang di Indonesia. Gibran juga merasa tersaingi dengan peniruan ide-ide dalam berbisnis yang terkait dengan digital. “Itu biasa, bisnis seperti itu. Merasa tersaingi, tapi memotivasi juga,” katanya.
Perusahaan GoJek bisa dibilang sebagai perusahaan aplikasi transportasi yang cukup berkembang pesat di Indonesia. Awal dibuat pada 2010 silam, perusahaan ini hanya terdiri dari 10 karyawan dan 20 pengemudi sepeda motor. Tapi hari ini, perusahaan berbasis aplikasi ini sudah tersebar di 100 kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengemudi sepeda motor dan mobil sebanyak 1 juta orang. “Di Papua saja yang belum. Mungkin sebentar lagi,” kata Nadiem Makarim, Pendiri GoJek.
Saat ini orang yang mengunduh aplikasi GoJek sudah mencapai 10 juta orang. Fitur di GoJek juga terus bertambah. “Sama sekali tidak membayangkan akan sebesar ini. Respon masyarakat dari layanan ini juga tidak nyangka. Dan sebentar lagi GoJek juga akan keluar dari Indonesia,” lanjut Nadiem.
Nadiem pun membongkar rahasia perusahaannya. Menurutnya, meskipun telah memberikan sumbangan Rp 8,2 triliun/tahun untuk perekonomian di Indonesia dan memiliki 1 juta partner, perusahaannya selalu merasa kecil. “Karena kita harus gesit. Nggak bisa punya mindset seperti perusahaan besar,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, dengan merasa seperti perusahaan kecil, akan lebih rileks menghadapi persoalan bisnis seperti kompetisi. “Yang penting punya sensitifitas terhadap kompetisi dan selalu berinovasi. Tak boleh lengah,” kata Nadiem.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim bercerita tentang kesuksesan perusahaannya. Menurutnya era digital menuntut orang atau lembaga untuk berkolaborasi.  “Pemikiran dia itu harus kolaboratif,” katanya. Hal yang diperlukan untuk membesarkan perusahaannya bukan berasal dari kesuksesan individu melainkan kesuksesan tim. “Yang keluar dari GoJek itu karena nggak bisa kolaborasi,” kata Nadiem.
Membesarkan GoJek bukan tanpa tantangan. Belum lama ini pengemudi GoJek melakukan aksi demonstrasi menuntut tarif yang layak dan manusiawi. Kata Nadiem, persoalan ini bukan hal baru yang dia hadapi. Persoalan ini rumit, karena harus mencari titik keseimbangan antara kepentingan pengemudi dan konsumen. “Itu sulit kita capai keseimbangan,” lanjutnya.
Kunci untuk menangani hal itu adalah komunikasi. Nadiem biasa menggunakan aplikasi GoJek untuk keperluan transportasi sehari-hari. “Banyak yang curhat, mulai dari susah dapat orderan sampai susah dapat bonus,” katanya. Tapi tak semua curhatan dari pengemudi bernada negatif. “Ada juga driver yang bilang, Alhamdulillah karena jadi driver sekarang anak saya bisa masuk kuliah, masuk S1,” kata Nadiem.
Kesempatan menggunakan GoJek dalam kehidupan sehari-hari ini dimanfaatkan untuk menjaring aspirasi. “Jadi saya suka banget berinteraksi dengan mereka, karena satu cara untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di lapangan,” tambah Nadiem.
Dua calon gubernur Jawa Tengah yang tengah bersaing dalam pemilihan kepala daerah, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said mengaku memanfaatkan media sosial untuk mengeruk simpati dari masyarakat. Media sosial menjadi ruang untuk memikat dan pembentukan citra bagi calon kepala daerah.
Menurut Ganjar Pranowo, media sosial bisa digunakan untuk ruang partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah. Hal ini bisa diterapkan melalui laporan-laporan dari masyarakat langsung ke kepala daerahnya. “Ada yang lapor jalan bolong. Ada yang lapor ada pungli. Ada yang lapor antrean rumah sakit panjang. Sebenarnya itu satu partisipasi. Yang kedua mereka mau aktif melaporkan dan kita merespon. Kalau kita mikirnya positif, itu barang (media sosial) bagus,” katanya.
Sementara itu, Sudirman Said menilai media sosial lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan keburukannya. Kebaikan itu akan terekam dengan baik. “Kita tak bisa menghapus jejak digital karena itu kita gunakan untuk sesuatu yang memberi manfaat, ini juga bisa kita kerjakan di Jawa Tengah dan Republik,” katanya.
Bayu Eko Meoktito atau Bayu Skak adalah Youtubers dengan total subscriber 1,6 juta. Ia bisa meraup untung sebulan seharga sepeda motor dari video-video yang diunggah. Video Bayu Skak ini bisa dikatakan original dan unik karena semua videonya menggunakan Bahasa Jawa. Awalnya, Bayu hanya iseng mengunggah video ke YouTube. Video pertamanya adalah membuat konten dengan judul “Rumah Sakit Jiwa”. Video ini menggambarkan kondisi anak-anak di sekolahannya pada 2010 lalu seperti rumah sakit jiwa. Sebab, mereka kelelahan mengerjakan tugas-tugas sekolah, khususnya membuat animasi. “Apa kunci untuk membuat konten kreatif?” tanya @NajwaShihab. “Kalau saya apa adanya. Channel youtube ini saya bikin mau apa adanya dari awal. Ya udah kita bikin apa adanya pakai bahasa daerah. Saya mau mengubah mindset orang-orang yang kayak melihat ini bukan dari jawa saja. Tapi yang saya angkat bukan dari Jawa saja, tapi semua daerah di seluruh Republik ini,” jawab Bayu.
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim memberikan catatan peluang bagi startup atau usaha rintisan berbasis internet. Menurut dia, perlu keberanian untuk memulai startup, termasuk menciptakan suatu konsep yang lumayan unik. “Harus ada yang beda. Itu penting,” katanya. Kedua, pendiri usaha rintisan perlu menanamkan sikap untuk tidak mengejar keuntungan semata. Tapi usaha rintisan harus menjawab persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. “Semakin rumit masalahnya, semakin besar peluangnya,” kata Nadiem.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menjelaskan pihaknya saat ini tengah mengambil peran sebagai fasilitator. Fasilitator di sini adalah memberikan ruang untuk mempertemukan antara pengusaha yang sedang merintis usaha baru dengan para investor. “Kemarin di Bali sudah ada 70 startup sudah dikurasi, sudah dicek. Jadi mereka sudah ketemu. Itu pertama kali, memfasilitasi,” katanya. Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara memberikan tips untuk membangun bisnis digital. Menurutnya, hal ini dimulai dari hal kecil, seperti kegagalan. “Jadi harus berani mencoba dan berani gagal,” katanya. Pernyataan menteri direspon oleh Gibran. Menurut Gibran, dunia bisnis adalah dunia yang keras. “Gagal. Ditipu, itu hal yang biasa,” katanya. YouTubers, Bayu Skak ikut menimpali. Untuk memulai jadi seorang YouTubers langkah awal adalah tidak memikirkan keuntungan. Tapi bagaimana membuat konten-konten yang bagus dan berbobot. Selama 1 sampai 2 tahun, merupakan awal yang pahit untuk merintis usaha monetize di YouTube. “Kalau mikir duit pertama itu duit itu salah. Komentar-komentar yang positif, bikin-bikin lagi. Itu yang memotivasi kita untuk bikin konten yang bagus. Yang berbobot,” katanya.



Sebagai penutup, inilah Catatan Najwa:
Internet bukan hanya semata-mata medium, internet ialah revolusi berdampak maksimum. Tak sekadar mengubah cara berkomunikasi, bahkan ikut membentuk cara hidup hari ini. Pengetahuan menjadi begitu bebas dan merdeka, nyaris tiada penguasa yang bisa mengontrolnya. Barang siapa yang kelewat terlambat beradaptasi, pasti tergerus zaman digital yang terus berlari.Sekat-sekat lawas dengan segera menjadi usang, hal-hal baru bermekaran tanpa bisa dihentikan. Peluang demi peluang muncul tanpa diduga, kesempatan emas bagi yang rajin berkarya Inovasi menjadi komoditas paling diburu, diperebutkan dari berbagai macam penjuru yang kreatif niscaya akan melesat, yang jumud bersiaplah jadi karat Mari tinggalkan pikiran-pikiran lama, masa depan milik mereka yang terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Bangkit dari teror tanggal 23 mei 2018

Bangkit dari teror Mata najwa tanggal 23 mei 2018 Sesi pertama: alasan ipda denny peluk terdakwa teroris aman abdurrahman.          ...