Minggu, 29 April 2018

review kartu politik jokowi tanggal 25 April 2018


Kartu Politik Jokowi
Mereview acara mata najwa tanggal 25 april  2018
Dengan pemilik acara mata najwa
najwa shibab
Hampir empat tahun Jokowi berkuasa, masih ada setahun lagi yang tersisa. Tapi politik elektoral sudah menunggu, genderang Pilpres sudah mulai bertalu-talu. Belum jelas siapa yang akan menjadi pendamping, belum pasti pula dengan siapa akan bersaing. Masih ada beberapa bulan untuk berhitung, sebelum semuanya secara resmi bertarung. Mari menunggu langkah politik Jokowi, berapa kartu yang akan ia keluarkan lagi? Inilah Mata Najwa, Eksklusif Kartu Politik Jokowi.
Hubungan Jokowi dengan Prabowo Subianto sempat mesra. Mereka pernah naik kuda dan minum teh bareng. Tapi nampaknya kemesraan itu cepat berlalu. Makin mendekati Pemilu 2019, kemesraan itu makin dingin. 11 April kemarin, Partai Gerindra telah memberikan mandat kepada Prabowo Subianto untuk maju di Pilpres 2019. Mandat ini sekaligus menjadi penanda kuat Jokowi akan kembali lagi bertarung dengan Prabowo Subianto. “Nggak, biasa-biasa aja,” kata Presiden Jokowi menjawab santai tentang hubungan dengan Prabowo Subianto.
Tapi jawaban ini tidak sesantai ketika Presiden Jokowi merespon isu pesimistis tentang 2030 Indonesia bubar, seperti yang pernah sampaikan Prabowo Subianto. Dalam pidato di hadapan ribuan relawannya, Jokowi menyampaikan dengan berapi-api, bahwa Indonesia harus punya optimisme. Ada kah nada kemarahan Jokowi di sana terhadap Prabowo?
Awalnya perbincangan Najwa Shihab dan Presiden Jokowi di Istana Bogor membahas rencana koalisi jelang Pemilu Presiden 2019. Namun tanpa ditanya, Jokowi mengungkap sudah dua kali bertemu dengan elit politik dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Secara blak-blakan dia mengungkapkan pertemuan tersebut terkait dengan pesta demokrasi Pemilu Presiden 2019. “Apa lagi yang diobrolkan kalau bukan politik tentang Pilpres,” kata Presiden Jokowi.  Najwa Shihab menegaskan pertanyaan, "Masih membuka kemungkinan koalisi dengan PKS walaupun PKS membuat gerakan #2019gantipresiden?" Untuk pertama kalinya Presiden Joko Widodo juga menjelaskan ide berpasangan dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. “Boleh saja ada gagasan (koalisi dengan Gerindra-red), ini dalam rangka kebaikan negara ke depan, kenapa tidak?” kata Presiden Jokowi.
Najwa Shihab kembali bertanya apakah peluang berpasangan dengan Prabowo masih terbuka hingga kini? Kata Presiden Jokowi, "Pendaftaran Pilpres 2019 masih lama. Jadi segala kemungkinan masih terbuka." Lalu siapa yang menginisiasi rencana berpasangannya Jokowi dan Prabowo? Sejumlah tokoh partai politik mulai mengkampanyekan diri untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi. Ada yang masih malu-malu, tapi ada juga yang secara terang-terangan mendeklarasikan diri untuk menjadi cawapres Jokowi.
Tokoh-tokoh yang mendapatkan elektabilitas menjadi cawapres berdasarkan sejumlah lembaga survei di antaranya Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, M. Romahurmuziy, Gatot Nurmantyo, Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan. Bagi Presiden Jokowi, tiap tokoh dan partai politik punya hak untuk mendeklarasikan cawapres. “Partai memiliki kemerdekaan apa pun dalam rangka kepentingan politik mereka. Misalnya, ada yang mendeklarasikan cawapres, kan nggak apa-apa,” kata Presiden Jokowi.Tapi siapa sebenarnya sosok pendamping ideal menurut Jokowi? Bagaimana pula dengan Jusuf Kalla yang masih disebut-sebut lembaga survei dalam bursa cawapres Jokowi?
Presiden Jokowi memperkirakan kampanye negatif akan kembali terjadi pada Pilpres 2019 mendatang. Pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi diserang kampanye negatif sebagai PKI, anti Islam dan antek asing. Baru-baru ini, Presiden Jokowi disandingkan dengan antek asing. Hal ini terkait dengan pengesahan Peraturan Presiden No. 20 tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing yang dianggap sebagai pintu masuk tenaga kerja dari luar negeri.
Tapi menurut Presiden Jokowi keberadaan TKA merupakan suatu hal yang wajar di tengah globalisasi, meskipun ia tidak menampik terjadi peningkatan TKA di Indonesia dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. “Tenaga kerja kita yang ada di Cina, informasi yang saya terima ada 80 ribu. Juga tak ada masalah. Saya kira ini sebuah kepentingan ekonomi yang mau tidak mau, semua negara menerima seperti itu,” kata Presiden Jokowi.
Untuk pertama kali Presiden Jokowi menjelaskan posisi dirinya dalam kaitan dengan tudingan anti-Islam. Dalam Mata Najwa, Presiden Jokowi menjelaskan hubungannya dengan ulama-ulama. Sorotan lain, Presiden Jokowi yang banyak tampil dengan gaya anak muda: berjaket jeans, motor gaul sampai olahraga tinju. Penampilan ini menimbulkan banyak spekulasi tentang pesan politik yang ingin disampaikan Presiden Jokowi. Apalagi kemunculan “gaya baru” Presiden Jokowi ini mendekati dengan Pilpres 2019.
Tapi menurut Jokowi, “gaya baru” tersebut sebagai penyegaran di tengah kesibukannya menjalani aktivitas sebagai presiden. “Mosok kita bisa melarang tafsir-tafsir. Bacaan-bacaan seperti itu. Terserah mau dibaca seperti apa,” kata Presiden Jokowi. Presiden Jokowi dikritik dengan isu utang pemerintah. Di penghujung 2017, utang pemerintah mencapai  Rp 4.000 triliun. Penambahan utang pemerintah dianggap tidak sejalan dengan laju ekonomi nasional.
Tapi kritik atas utang pemerintah dijawab enteng Presiden Jokowi. Sebab, kata dia, Indonesia masih mendapatkan kepercayaan tinggi dari Rating Agency. Di sisi lain, Presiden Jokowi justru mempertanyakan kritik atas utang pemerintah. Menurutnya, kritik tersebut lebih banyak muatan politisnya. “Kalau yang satu ahli ekonomi makro, yang satu politikus (berdebat utang-red). Ya, nggak nyambung. Kalau saya lebih percaya kepada yang mengerti masalah ekonomi makro, ya Bu Sri Mulyani. Track record-nya jelas,” kata Presiden Jokowi.
Sejak kampanye di Pilpres 2014 lalu, Presiden Jokowi selalu mengumbar janji Nawa Cita. Ya, ada 9 program yang ingin diwujudkan Presiden Jokowi, di antaranya membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola, pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Tapi Presiden Jokowi mengakui janji Nawa Cita itu tidak semuanya langsung bisa terwujud. Apa saja program Jokowi yang belum terwujud tersebut? Janji lainnya tentang penegakkan hukum. Presiden Jokowi pernah memberikan ultimatum kepada Kapolri Tito Karnavian untuk menuntaskan kasus penyerangan terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan. Sudah lebih dari 1 tahun, kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan belum juga menemukan titik terang.
Presiden Jokowi mengaku belum menanyakan tenggat waktunya kepada Kapolri Tito Karnavian.  Dia mengaku akan segera menghubungi Tito setelah wawancara dengan Najwa Shihab. “Polri masih sanggup untuk menuntaskan kasus Novel Baswedan. Hanya memang ini harus diberi batasan waktu. Ini yang belum saya tanyakan, sampai kapan? Nanti akan saya sampaikan ke Kapolri,” kata Presiden Jokowi.
Sebagai penutup, Inilah Catatan Najwa:
Petahana biasanya selalu lebih diunggulkan, punya banyak instrumen untuk tampil meyakinkan. Lima tahun untuk serius bekerja, membuktikan apakah layak berkuasa. Wajar jika popularitas istimewa, dengan elektabilitas di atas yg lainnya. Namun politik adalah seni kemungkinan, para penantang tak perlu jiper duluan. Bukankah tidak ada kepemimpinan yang sempurna, mungkin ada nila yang bisa merusak sebelanga. Entah rencana dan janji yang belum jadi, atau blunder yang fatalnya tak terperi. Menjadi penting tepat memilih kawan koalisi, agar kemenangan bisa dikunci sedari dini. Masih banyak kartu demi kartu untuk dipertaruhkan, walau demokrasi sesungguhnya bukanlah permainan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Bangkit dari teror tanggal 23 mei 2018

Bangkit dari teror Mata najwa tanggal 23 mei 2018 Sesi pertama: alasan ipda denny peluk terdakwa teroris aman abdurrahman.          ...