Kartu Politik Jokowi
Mereview acara mata najwa tanggal 25 april 2018
Dengan pemilik acara mata najwa
najwa shibab
Hampir empat
tahun Jokowi berkuasa, masih ada setahun lagi yang tersisa. Tapi politik
elektoral sudah menunggu, genderang Pilpres sudah mulai bertalu-talu. Belum
jelas siapa yang akan menjadi pendamping, belum pasti pula dengan siapa akan
bersaing. Masih ada beberapa bulan
untuk berhitung, sebelum semuanya secara resmi bertarung. Mari menunggu langkah
politik Jokowi, berapa kartu yang akan ia keluarkan lagi? Inilah
Mata Najwa, Eksklusif Kartu Politik Jokowi.
Hubungan
Jokowi dengan Prabowo Subianto sempat mesra. Mereka pernah naik kuda dan minum
teh bareng. Tapi nampaknya kemesraan itu cepat berlalu. Makin mendekati Pemilu
2019, kemesraan itu makin dingin. 11
April kemarin, Partai Gerindra telah memberikan mandat kepada Prabowo Subianto
untuk maju di Pilpres 2019. Mandat ini sekaligus menjadi penanda kuat Jokowi
akan kembali lagi bertarung dengan Prabowo Subianto. “Nggak, biasa-biasa aja,” kata Presiden Jokowi menjawab santai
tentang hubungan dengan Prabowo Subianto.
Tapi jawaban
ini tidak sesantai ketika Presiden Jokowi merespon isu pesimistis tentang 2030
Indonesia bubar, seperti yang pernah sampaikan Prabowo Subianto. Dalam pidato
di hadapan ribuan relawannya, Jokowi menyampaikan dengan berapi-api, bahwa
Indonesia harus punya optimisme. Ada
kah nada kemarahan Jokowi di sana terhadap Prabowo?
Awalnya
perbincangan Najwa Shihab dan Presiden Jokowi di Istana Bogor membahas rencana
koalisi jelang Pemilu Presiden 2019. Namun tanpa ditanya, Jokowi mengungkap
sudah dua kali bertemu dengan elit politik dari Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Secara blak-blakan dia mengungkapkan pertemuan tersebut terkait dengan
pesta demokrasi Pemilu Presiden 2019. “Apa lagi yang diobrolkan kalau bukan
politik tentang Pilpres,” kata Presiden Jokowi. Najwa Shihab menegaskan pertanyaan, "Masih membuka
kemungkinan koalisi dengan PKS walaupun PKS membuat gerakan
#2019gantipresiden?" Untuk
pertama kalinya Presiden Joko Widodo juga menjelaskan ide berpasangan dengan
Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto. “Boleh
saja ada gagasan (koalisi dengan Gerindra-red), ini dalam rangka kebaikan
negara ke depan, kenapa tidak?” kata Presiden Jokowi.
Najwa Shihab
kembali bertanya apakah peluang berpasangan dengan Prabowo masih terbuka hingga
kini? Kata Presiden Jokowi,
"Pendaftaran Pilpres 2019 masih lama. Jadi segala kemungkinan masih
terbuka." Lalu siapa yang
menginisiasi rencana berpasangannya Jokowi dan Prabowo? Sejumlah tokoh partai politik mulai mengkampanyekan diri untuk
menjadi cawapres pendamping Jokowi. Ada yang masih malu-malu, tapi ada juga
yang secara terang-terangan mendeklarasikan diri untuk menjadi cawapres Jokowi.
Tokoh-tokoh
yang mendapatkan elektabilitas menjadi cawapres berdasarkan sejumlah lembaga
survei di antaranya Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, M. Romahurmuziy, Gatot Nurmantyo,
Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan. Bagi Presiden Jokowi, tiap tokoh
dan partai politik punya hak untuk mendeklarasikan cawapres. “Partai memiliki kemerdekaan apa pun dalam
rangka kepentingan politik mereka. Misalnya, ada yang mendeklarasikan cawapres,
kan nggak apa-apa,” kata Presiden Jokowi.Tapi siapa sebenarnya sosok pendamping
ideal menurut Jokowi? Bagaimana pula dengan Jusuf Kalla yang masih
disebut-sebut lembaga survei dalam bursa cawapres Jokowi?
Presiden
Jokowi memperkirakan kampanye negatif akan kembali terjadi pada Pilpres 2019
mendatang. Pada Pilpres 2014 lalu, Jokowi diserang kampanye negatif sebagai
PKI, anti Islam dan antek asing. Baru-baru
ini, Presiden Jokowi disandingkan dengan antek asing. Hal ini terkait dengan
pengesahan Peraturan Presiden No. 20 tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing yang
dianggap sebagai pintu masuk tenaga kerja dari luar negeri.
Tapi menurut
Presiden Jokowi keberadaan TKA merupakan suatu hal yang wajar di tengah
globalisasi, meskipun ia tidak menampik terjadi peningkatan TKA di Indonesia
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. “Tenaga
kerja kita yang ada di Cina, informasi yang saya terima ada 80 ribu. Juga tak
ada masalah. Saya kira ini sebuah kepentingan ekonomi yang mau tidak mau, semua
negara menerima seperti itu,” kata Presiden Jokowi.
Untuk pertama
kali Presiden Jokowi menjelaskan posisi dirinya dalam kaitan dengan tudingan
anti-Islam. Dalam Mata Najwa, Presiden Jokowi menjelaskan hubungannya dengan
ulama-ulama. Sorotan lain, Presiden
Jokowi yang banyak tampil dengan gaya anak muda: berjaket jeans, motor gaul
sampai olahraga tinju. Penampilan ini menimbulkan banyak spekulasi tentang
pesan politik yang ingin disampaikan Presiden Jokowi. Apalagi kemunculan “gaya
baru” Presiden Jokowi ini mendekati dengan Pilpres 2019.
Tapi menurut
Jokowi, “gaya baru” tersebut sebagai penyegaran di tengah kesibukannya
menjalani aktivitas sebagai presiden. “Mosok kita bisa melarang tafsir-tafsir.
Bacaan-bacaan seperti itu. Terserah mau dibaca seperti apa,” kata Presiden Jokowi. Presiden Jokowi dikritik dengan isu utang
pemerintah. Di penghujung 2017, utang pemerintah mencapai Rp 4.000
triliun. Penambahan utang pemerintah dianggap tidak sejalan dengan laju ekonomi
nasional.
Tapi kritik
atas utang pemerintah dijawab enteng Presiden Jokowi. Sebab, kata dia,
Indonesia masih mendapatkan kepercayaan tinggi dari Rating Agency. Di sisi lain, Presiden Jokowi justru
mempertanyakan kritik atas utang pemerintah. Menurutnya, kritik tersebut lebih
banyak muatan politisnya. “Kalau yang
satu ahli ekonomi makro, yang satu politikus (berdebat utang-red). Ya, nggak
nyambung. Kalau saya lebih percaya kepada yang mengerti masalah ekonomi makro,
ya Bu Sri Mulyani. Track record-nya jelas,” kata Presiden Jokowi.
Sejak
kampanye di Pilpres 2014 lalu, Presiden Jokowi selalu mengumbar janji Nawa
Cita. Ya, ada 9 program yang ingin diwujudkan Presiden Jokowi, di antaranya
membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola, pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Tapi
Presiden Jokowi mengakui janji Nawa Cita itu tidak semuanya langsung bisa
terwujud. Apa saja program Jokowi yang belum terwujud tersebut? Janji lainnya tentang penegakkan hukum.
Presiden Jokowi pernah memberikan ultimatum kepada Kapolri Tito Karnavian untuk
menuntaskan kasus penyerangan terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan. Sudah
lebih dari 1 tahun, kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan belum
juga menemukan titik terang.
Presiden
Jokowi mengaku belum menanyakan tenggat waktunya kepada Kapolri Tito Karnavian.
Dia mengaku akan segera menghubungi Tito setelah wawancara dengan Najwa Shihab. “Polri masih sanggup untuk menuntaskan
kasus Novel Baswedan. Hanya memang ini harus diberi batasan waktu. Ini yang
belum saya tanyakan, sampai kapan? Nanti akan saya sampaikan ke Kapolri,” kata
Presiden Jokowi.
Sebagai
penutup, Inilah Catatan Najwa:
Petahana
biasanya selalu lebih diunggulkan, punya banyak instrumen untuk tampil
meyakinkan. Lima tahun untuk serius
bekerja, membuktikan apakah layak berkuasa. Wajar
jika popularitas istimewa, dengan elektabilitas di atas yg lainnya. Namun politik adalah seni kemungkinan,
para penantang tak perlu jiper duluan. Bukankah
tidak ada kepemimpinan yang sempurna, mungkin ada nila yang bisa merusak
sebelanga. Entah rencana dan janji
yang belum jadi, atau blunder yang fatalnya tak terperi. Menjadi penting tepat memilih kawan
koalisi, agar kemenangan bisa dikunci sedari dini. Masih banyak kartu demi kartu untuk
dipertaruhkan, walau demokrasi sesungguhnya bukanlah permainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar